Saturday, May 25, 2019

ngelmu sejati


Ngelmu Sejati

Sugeng Rahayu
Semoga semesta selalu mendukung,
Indonesia merupakan negeri yang cukup kaya di dunia dengan berbagai budaya, adat-istiadat dan juga aliran spiritualpara pendahulu. Pada kesempatan kali ini mari kita sama-sama belajar untuk nguri-nguri ajaran leluhur yang mempunyai nilai moral dan spiritual yang tinggi.  Dilihat dari sejarah Indonesia pada jaman kerajaan terkenal dengan istilah Nuswantara yang saat ini sudah terpecah menjadi beberapa Negara. Tidak perlu panjang lebar untuk saat ini ajaran spiritual dahulu mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran-ajaran kepercayaan/agama saat ini. Kondisi saat ini agama mengkotak-kotakan masyarakat di Indonesia dan jika salah dipahami hanya menimbulkan perpecahan. Sudah banyak terjadi konflik yang sumber utamanya adalah masalah kepercayaan. Mengapa hal ini cukup menarik untuk dibahas, alasan utamanya adalah sebagai sesama mahkluk yang ada disemesta ini tidak ada yang bisa hidup sendiri, setiap orang/makhluk apapun juga membutuhkan orang/makhluk lain untuk melangsungkan kehidupanya. Tidak ada orang/makhluk yang bisa mencukupi kebutuhanya tanpa orang lain, dari bayi saja kita sudah membutuhkan orang lain yaitu orang tua kita. Orang lain disini adalah orang diluar diri kita sendiri bukan orang diluar grup atau kelompok yang kita miliki. Untuk itu marilah kita sama-sama merendahkan hati untuk sama-sama menghargai dan menghormati orang lain, bukan dari segi harta atau tahta seseorang akan tetapi kita bisa memahami bahwa setiap makhluk bergantung dan membutuhkan orang lain. Hal ini tentu sangat dekat dengan esensi spiritual kehidupan karena inilah yang dinamakan kehidupan yang pasti akan membutuhkan orang lain. Tidak menghina atau mencela siapapun juga tanpa terkecuali hanya karena pada saat itu kita mengalami gejolak emosi atau halk-hal yang mengecewakan karena inilah kehidupan, tak selalu sama seperti apa yang diharapkan.
Kehidupan ini akan berjalan sebagaimana mestinya alam semesta ini berjalan, perubahan akan terjadi setiap waktu, setiap detik yang dilewati membawa perubahan. Ilmu kehidupan inilah yang biasa dikenal dengan ngelmu sejati. Mungkin beberapa orang sudah tidak asing lagi dengan istilah ngelmu sejati dan banyak orang belajar sebenarnya apakah ngelmu sejati itu dan dimana kita mendapatkanya. Ngelmu sejati berasal dari dua kata yaitu ngelmu yang artinya ilmu/pengetahuan dan sejati yang artinya kekal/abadi. Ngelmu sejati ini merupakan ilmu abadi/tidak berubah. Lalu bagaimana ilmu itu tidak berubah sedangkan kondisi semesta ini selalu berubah? Dalm hal ilu kebenaran ada dua jenis yaitu kebenaran biasa dan kebenaran universal. Kebenaran biasa terbentuk karena kondisi-kondisi dimana saat itu bisa diklaim sebagai sesuatu yang benar akan tetapi dilain waktu belum tentu itu disebut sebagai sebuah kebenaran. Contoh mudahnya adalah hukum yang ada dinegara ini, kebenaranya akan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akan tetapi ada kebenaran yang hakiki/universal, dimana kebenaran ini tidak bisa dipengaruhi oleh kondisi-kondisi.   Contoh gampangnya adalah kebenaran bahwa segala kondisi disemesta ini pasti akan berubah-ubah dan tidak memuaskan. Setiap orang mengalami perubahan, dari lahir bayi menjadi anak-anak, dewasa, tua dan akan berujung pada kematian.
Ngelmu sejati ini mengajarkan kita unutk melihat dimana kita sebagai makhluk alam semesta harus mengetahui dengan eling terhadap kondisi-kondisi alam semesta dan selalu waspada terhadap hal-hal yang muncul, berlangsung dan akhirnya lenyap. Waspada terhadap hal-hal  yang bisa menjerumuskan  kita kedalam hal yang tidak baik dan akhirnya buah penderitaan. Dengan dipahaminya ngelmu sejati ini paling tidak kita bisa mengontrol segala tindakan yang perlu dilakukan dan tidak perlu dilakukan. Setiap tindakan yang kita ambil dan lakukan akan memberikan dampak terhadap diri kita sendiri dan orang-orang yang ada disekitar kita. Maka dari itu bijaklah dalam mengambil keputusan untuk bertindak baik melalui pikiran, badan jasmani ataupun melalui ucapan.
Ngelmu sejati yang pertama harus kita pahami adalah ketidak-kekalan atau sesepuh kita biasa mengatakan owah-gingsir, ada juga yang mengatakan roda selalu berputar, badai pasti berlalu dan lain sebagainya. Semua itu mengartikan bahwa kondisi semesta ini adalah tidak kekal, selalu berubah. Tidak pernah menetap, Kondisi pikiran kita yang menetap dan tidak mau menerima perubahan maka timbullah ketidakpuasan. Dari ketidakpuasan muncul keinginan-keinginan yang perlu dicapai lagi, dan setelah dicapai muncul keinginan-keingan lain lagi yang berujung pada suatu penderitaan. Menderita karena banyak keinginan yang muncul sebagai akibat tidak puas. Atau bisa juga karena keinginan-keinginan itu tidak tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini akan terus berputar seperti lingakaran yang tidak ada putusnya.
Yang kedua adalah penderitaan, menyerang siapa saja yang hidup disemesta ini, banyak orang yang merasa menderita baik orang yang kaya maupun orang yang miskin. Kalau orang miskin secara kasat mata tentu akan terlihat lebih banyak menderita, tetapi hal demikian belum tentu juga. Pada kenyataanya orang kaya juga mengalami penderitaan karena segi penderitaan tidak selalu bisa dilihat dari segi materialitas. Penderitaan pikiran, jasmani atau bathin seseorang tidak ada yang tahu, semakin banyak materialitas, semakin banyak keinginan yang dimiliki seseorang akan semakin banyak peluang hidupnya lebih menderita. Orang jaman dulu mungkin akan mengatakan “urip kuwi sawang-sinawang”, ketik kita melihat orang lain mungkin akan berpikiran dia lebih bahagia dari hidup kita, padahal orang lain melihat kita mengatakan hal yang sama. Penderitaan ini banyak sumbernya, tetapi sumber yang paling utama adalah ketidakpuasan. Dalam hal penderitaan dirasa tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskanya, karena setiap orang bisa mengamati keadanya masing-masing kapan waktunya ia menderita dan kapan ia merasa bahagia.
Selanjutnya yang perlu kita kaji lebih dalam adalah segala sesuatu yang kita lakukan merupakan bentuk refleksi dari pikiran. Pikiran mendahului segala sesuatu yang kita lakukan baik melalui badan jasmani ataupun ucapan. Pikiran merupakan pemogram, peimimpin dan pelopor segala bentuk manifestasi pengetahuan dan tindakan. Pikiran yang tidak tenang, tidak terkontrol akan banyak menimbulkan kekacauan pada diri kita masing-masing. Hidup gelisah, tidak tenang dengan keinginan ini dan itu bersumber dari pikiran yang tidak puas, tidak terkontrol dan termonitor dengan baik.  Apalagi pikiran yang dipenuhi oleh pandangan yang salah akan semakin menjerumuskan diri kita kedalam lubang kegelapan. Orang-oarnag jaman sekarang mungkin akan mengatakan bahwa pikiran orang jaman dulu kuo, primitif, tidak ada majunya sama sekali, istilah kasarnya mungkin “kampungan”. Tetapi bisa kita bandingkan dengan masyarakat saat ini yang katanya lebih maju dan lebih canggih dengan berbagai macam teknologi. Kalau boleh jujur dan kita bandingkan pikiran orang saat ini lebih mundur disbanding dengan orang dulu, mengapa bisa demikian? Orang jaman dulu tidak ada handphone tetapi bisa komunikasi melalui telepati pikiran, coba kondisi saat ini hanya beberapa orang saja yang bisa memaksimalkan kemampuan itu, selebihnya bergantung pada alat elektronik. Dan karena ketergantungan itu juga maka jika tidak ada alat bantu elektronik dia tidak bisa apa-apa. Dari segi bisnis orang sekarang lebih pintar dan menghasilkan keuntungan yang banyak, semakin banyak maka akan semakin serakah, dan serakah itu sendiri merupakan penyakit pikiran. Lebih baik dikatakan mempunyai pikiran yang sederhana/kampungan tetapi dari segi kesehatan pikiran ia lebih sehat dan lebih bahagia. Coba kita wawancara pada sesepuh mengenai pandangan hidup, harta, dsb akan banyak jawaban yang menakjubkan yang kita peroleh. Dan itu semua sudah dijalani dan dipraktekan oleh para leluhur.
Selanjutnya adalah segala sesuatu yang terjadi diluar kendali diri kita sendiri, mengapa bisa dikatakan demikian. Contoh mudahnya adalah bisakah seseorang mengendalikan tubuhnya agar tidak sakit atau tidak berubah menjadi tua atau keriput dsb, hal yang sudah jelas ada pada dirinya dari lahir hingga saat ini apakah bisa dikendalikan? Itu baru sesuatu yang ada pada diri apalagi sesuatu yang berada diluar diri seseorang, berapa mampukah ia mengendalikan hal tersebut. Mungkin kalau orang jaman dulu mengatakan “wes kersane Gusti” atau bisa kita katakan sudah kehendak Tuhan. Jika semua ini adalah kehendak Tuhan maka apa yang perlu seseorang lakukan, tidak melakukan apapun juga tentunya juga tidak masalah dan apapun yang terjadi sudah termasuk kehendak Tuhan.  Apakah hal demikian yang akan kita lakukan dan apakah memang tidak ada yang bisa dikendalikan oleh seseorang? Secara dalam segala sesuatu memang diluar kendali seseorang tetapi seseorang itu bisa mengendalikan pikiran dan perbuatanya, karena seseorang bertindak berdasarkan pemikiran dan kemauanya bukan berdasarkan kehendak Tuhan. Jangan disamakan antara buah pemikiran seseorang dan perbuatan seseorang sepenuhnya kehendak Tuhan. Contoh lain adalah ketika A berniat dan melakukan kejahatan terhadap B, si A memperkosa si B sehingga ia hamil. Si A dan si B masing-masing mempunyai Tuhan berdasarkan kepercayaanya, apakah tindakan kejahatan demikian merupakan kehendak Tuhan, jika Kehendak Tuhan maka dapat diartikan bahwa Tuhan sebagai dalang dari tindakan seseorang yang baik ataupun yang buruk/jahat. Tentu hal ini tidak demikian, setiap orang dapat mengontrol pikiran dan perbuatanya masing-masing, tidak perlu membawa Tuhan terlalu jauh kedalam kehidupan seseorang. Tuhan cukup diartikan sebagai yang Esa dan Maha Suci. Segala sesuatu memang diluar kendali kita akan tetapi segala sesuatu yang terjadi adalah perpaduan dari berbagai kondisi yang secara bersama-sama dan bertepatan mengkondisikan hal itu terjadi. Mungkin seseorang hanya bersumbang dih sedikit atau segilintir kondisi yang kalah pengaruhnya jika dibandingkan dengan kondisi-kondisi lain.
Selain itu kita juga perlu memahami bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini tidak mempunyai inti, segala sesuatu hanyalkah merupakan perpaduan dari berbagai kondisi-kondisi. Contohnya adalah tubuh ini terdiri dari berbagai kondisi atau bisa dikatakan terdiri dari berbagai unsur, yaitu unsur padat, gas, cari, api dll. Jika tidak ada unsur padat atau unsur lainya maka tidak akan bisa terbentuk seseorang/sosok makhluk. Contoh lain yang mudah dicerna adalah mobil teridi dari ban, radiator, velg, pintu, kap mesin, bagasi, jok, stir dll. Jika hanya ada velg dan ban saja apakah bisa dikatakan sebagai mobil atau jika ada jok dan stirnya saja apakah bisa dikategorikan sebagai mobil? Pada kenyataanya adalah tidak, ban dan velg sebagai ban dan velg saja, mobil merupakan perpaduan dari berbagai macam onderdil yang menyokongnya. Inilah yang perlu kita cermati dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari sifat kehidupan, pikiran-pikiran yang muncul dan segala sesuatu yang kita lakukan/refleksikan terhadap lingkungan luar. Jangan pernah lelah mengamati kehidupan karena dari situlah akan muncul berbagai pengetahuan. Jangan mudah percaya terhadap segala sesuatunya tanpa adanya suatu pengamatan yang mendalam dan pembuktian. Bukan karena omongan atau pendapat banyak orang, tetapi melalui pemahaman dan pendalam serta praktik langsung diri sendiri,  selamat mengamati kehidupan, sedikit poin yang bisa dibagikan mugi-mugi sedoyo titah nggayuh karaharjan. Rahayu




Saturday, May 9, 2015

Kesabaran itu baik

Hidup di dunia ini mempunyai banyak masalah yang musti dijalani oleh semua makhluk. Dikatakan semua makhluk karena bukan hanya manusia saja yang hidupnya mempunyai banyak masalah. Masalah merupakan persoalan hidup yang sering membuat makhluk-makhluk merasa tertekan dan menderita. Masalah yang datang dalam hidup sering kali menimbulkan berbagai macam reaksi. Percaya atau tidak percaya silakan dilihat dalam kehidupan nyata, amati segala sesuatu yang ada disekitar kita. Terutama jaman sekarang, masalah yang dihadapi oleh orang-orang disekitar kita semakin melimpah ruah dan ruwet-mbruwet, sehingga banyak orang yang stress atau bahkan mengalami gangguan kejiwaan karena tidak bisa menghadapi masalah dalam hidupnya dengan baik dan benar. Disini saya mengajak siapa saja yang membaca ini untuk bercermin kepada sejarah. Masalah yang dihadapi oleh orang-orang dulu atau para leluhur kita tidak sepadan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh orang sekarang. Mengapa saya katakan demikian karena dilihat dari semboyan-semboyan atau prinsip yang dipakai para leluhur kita cukup simple dan penuh makna. jika dibandingkan dengan orang-orang jaman sekarang yang terlihat sangat jauh. Orang-orang sekarang terlihat mempunyai tingkat keinginan dan keserakahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dulu. Untuk bersyukur saja terlihat jarang ditemui karena kenyataannya adalah semakin banyak orang yang melakukan berbagai cara bahkan korupsi dan memakan apa yang bukan haknya. Dapat dimati dan dicermati dari banyaknya kasus dpembertiaan dan saya mencoba untuk memandingkan, nilai-nilai luhur sesepuh di jaman sekarang mulai luntur atau bahkan hilang entah kemana. Saya mencoba mengupas sedikit pengetahuan tentang kesabaran yang dapat dibagikan kepada rekan-rekan pembaca yang sudah berkenan meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini.

Kesabaran merupakan suatu sikap bertahan dan menerima segala kondisi kehidupan dengan penuh kesadaran. Pengertian kesadaran disini bukan mengenai pingsan atau tidak pingsan, tetapi pengertian kesadaran disini adalah "eling lan waspodo". Menerima segala sesuatu yang datang baik itu penderitaan atau kebahagiaan, dan jangan sampai larut pada kondisi-kondisi tersebut karena tidak kekal. Hadapi dengan tenang dan disertai pandangan benar. Banyak orang mengeluarkan kemarahannya dengan menyatakan bahwa  kesabarannya sudah habis. Benarkah kesabaran anda habis ketika anda marah? Jika diteliti lebih dalam lagi, sesungguhnya bukan kesabarannya yang habis akan tetapi tingkat atau level kesabarannya yang sudah maksimal. Setiap orang mempunyai tingkat kesabaran yang berbeda-beda dan tidak ada kata habis untuk kesabaran. Kesabaran yang dimiliki oleh seseorang dapat ditingkatkan dengan penyadaran dan pengendalian diri. Hal ini berkaitan tentang bagaimana orang mampu mengendalikan egonya dan dirinya. Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan ego-nya dia pasti akan cepat sekali terbawa emosi (gejolak batin) ataupun perasaan yang muncul dalam dirinya. Seorang yang penuh kesabaran pasti bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Pengendalian diri ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan pandangan sesorang mengenai benar dan salah tetntang sesuatu dalam hidup ini. Perlu diketahui bahwa kebenaran di semesta ini ada dua macam, yaitu kebenaran hakiki dan kebenaran biasa. Kebenaran hakiki merupakan kebenaran universal yang mengatasi waktu, tempat, dan keadaan, contohnya Hukum universal alam semesta yang mungkin tidak semua orang telah memahaminya. Sedangkan kebenaran biasa merupakan kebenaran yang dinyatakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, contohnya atuaran didalam suatu negara, antara negara Indonesia dan Amerika mempunyai aturan yang berbeda. Contoh lainnya adalah UUyang selalu mengalai perubahan dari zaman dulu hingga sekarang, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Untuk itu saya sarankan agar kita semua dapat memahami hakikat alam semesta dan hakikat kehidupan ini. 

Banyak orang menyatakan bahwa banyak harta mendatangkan kebahagiaan, tetapi itu hanyalah kebahagiaan duniawi. Para bijak mengatakan bahwa hidup ini cuma sebentar bagaikan orang yang menumpang untuk minum, tetapi banyak orang mengatakan bahwa hidup ini lama dan harus dinikmati dengan sebaik-baiknya dan akhirnya keserakahan muncul di dalam diri, tidak ada pengendalian diri. Kebijaksanaan yang dimiliki seseorang juga sangat mempengaruhi jalan hidupnya, karena ketika seseorang kurang bijaksana dalam menentukan tindakannya dia akan menemukan banyak masalah, tekanan, dan akhirnya berujung pada penderitaan. Bijaksana disini artinya adalah bisa membedakan yang benar dan salah. Pengertian benar dan salah juga banyak kurang dipahami oleh masyarakat sekarang. Benar disini bukan berarti ketika banyak orang menyatakan itu benar maka itu 100% benar, pahami secara mendalam dan renungkan dengan baik kondisi dunia ini. Tentukan mana yang benar dan salah dengan penuh perenungan yang menyeluruh, tanpa dipengaruhi doktrin-doktrin yang ada. Semakin sering perenungaan yang dilakukan akan meningkatkan pemahaman tentang hidup ini dan kebijaksanaan kita. Hal ini akan dapat meningkatkan kesabaran kita.

Thursday, April 30, 2015

Keberadaan Surga dalam agama Buddha

DIMANA SURGA BERADA

Bumi kita berputar pada porosnya dengan kecepatan 1600 km/jam kecepatan yang dianggap sebagai kecepatan supersonik. Selain itu bumi kita juga ber-revolusi mengelingi matahari dengan kecepatan 30 km/detik (sama dengan 108.000 km/jam) atau sama dengan 1/10.000 kali kecepatan cahaya. Matahari beserta bumi mengelilingi pusat Galaksi Bimasakti dengan kecepatan 220 km detik. Yang lebih hebat lagi, Galaksi Bimasakti kita bergerak ke arah gugus bintang (konstelasi) Leo dengan kecepatan 540 km detik. Kecepatan Galaksi Bimasakti ini lebih dari 1/600 kecepatan cahaya. Jarak antara Anyer ke Panarukan berjarak kurang lebih 1.000 km, berarti kecepatan Galaksi Bimasakti menempuh ‘jarak Antara Anyer ke Panarukan hanya dalam waktu 2 detik saja Suatu kecepatan yang belum tertanding oleh pesawat luar angkasa manapun yang telah dibuat oleh manusia selama ini.
Sejak jaman dahulu kala semua semua agama dan semua keyakinan selalu mempertanyakan eksistensi surga ‘terlepas dari percaya atau tidak, mereka berspekulasi mengenai bentuk, ukuran, dimana tempatnya dan sebagainya. Spekulasi mereka bermacam-macam, ada yang beranggapan bahwa surga berada pada arah tertentu, ada yang beranggapan bahwa surga berada di langit, yang paling skeptis ada yang menganggap bahwa surga sama-sekali tidak ada. Bila kita menyimak anggapan bahwa surga berada di langit maka ada hal yang kurang tepat dari anggapan tersebut. sebab yang kita sebut langit adalah bagian terluar dari atmosfir yang memecah cahaya. Sehingga hanya warna biru yang nampak di latar-belakang angkasa. Penjelajahan luar angkasa dan pengamatan teleskop membuktikan bahwa tidak ada surga tiga dimensi seperti yang diduga semula. Hasil dari observasi teleskop membuktikan bahwa tidak ada istana-istana megah yang dimaksud dalam kitab-kitab suci. demikian juga dengan penjelajahan angkasa luar, para Astronot yang kembali dari angkasa luar tidak pernah membawa malaikat atau bidadari, bahkan alien pun juga tidak. Kemungkinan besar surga bersifat kasat mata dan berada pada dimensi keempat, sehingga tidak terlihat dengan peralatan biasa yang hanya digunakan untuk mengobservasi benda-benda tiga dimensi (ini juga spekulasi). Kita mengharap semoga diciptakan teleskop atau alat observasi lainnya yang bisa digunakan untuk mengobservasi benda empat dimensi. Bumi kita berputar pada porosnya, anggaplah bumi seperti sebuah bola yang berputar, bila kita berdiri pada permukaan sebuah bola besar menghadap kearah matahari pada pukul 12 siang, sebelah kiri kita adalah barat dan sebelah kanan kita adalah timur. Setelah 12 jam berlalu tepat pukul 12 malam posisi kita telah berada dibalik bola bumi arah kiri yang semula adalah barat sekarang menjadi timur, dan sebaliknya arah kanan yang semula timur menjadi barat. Bagaimana bila dikatakan bahwa surga berada disebelah atas? selama bumi berputar pada saat tertentu kita berada dibawah, dan setelah lewat 12 jam kita kembali berada diatas. Efek Rotasi paling sedikit pada arah utara dan selatan tetapi juga tetap melenceng karena posisi bumi pada waktu ber-rotasi tidak tegak lurus terhadap matahari. Bila kita menunjuk pada suatu arah misalnya utara dan ditarik garis lurus mengikuti permukaan bumi maka sudah jelas kita akan tiba kembali di tempat yang sama, tidak ada satu tempat pun di muka bumi yang merupakan pusat, dan secara bersamaan semua titik di permukaan bumi juga merupakan pusat. Jadi bagaimana bila ada konsep yang mengatakan bahwa surga berada pada arah tertentu (barat atau yang lain?). Konsep itu hanya mungkin benar apabila didasarkan asumsi bahwa bumi datar dan bumi tidak berputar, suatu pemikiran lazim yang dianut oleh orang orang jaman dahulu kala, sebelum ditemukannya kompas, teleskop dan lain lain.
Jadi sebenarnya konsep surga yang berada pada “arah tertentu” merupakan ciptaan orang-orang primitif di jaman dahulu dan untuk konsumsi pemikiran orang-orang primitif jaman dahulu, sebelum penjelajahan Marcopolo dan Columbus, juga sebelum disebar luaskannya teori Heliosentris Copernicus oleh Galileo Gallilei.

Buku Attakatha disebutkan bahwa, alam surga Catumaharajika dan alam surga Tavatimsa berkaitan secara langsung dengan bumi dan ikut bergerak bersama bumi (surga yang merupakan tempat tinggal mereka juga ikut bergerak), contohnya pohon-pohon yang merupakan tempat tinggal dewa pohon, rumah-rumah tertentu, tempat ibadah tertentu, goa-goa dan lain sebagainya, yang merupakan tempat tinggal mereka. Semua ini juga ikut berputar mengikuti rotasi bumi. Alam-alam dewa Yama, Tusita, Nimmanarati. Parinimmittavasavati serta alam Brahma tidak berkaitan secara langsung dengan bumi sehingga kemungkinan tidak ikut ber-rotasi, tetapi karena di dalam salah satu sutta dikatakan bahwa setiap tatasurya memiliki 31 alam kehidupannya masing-masing, dan kita ketahui dalam Astronomi bahwa setiap tatasurya selalu berputar mengelilingi pusat Galaksi, maka kemungkinan besar ke 31 alam juga ikut bergerak mengikuti perputaran Galaksi.
Galileo Gallilei setelah mengaku bersalah dihadapan dewan agama ketika bangkit berbisik “Eppur si muove” Ia tetap bergerak (maksudnya bumi). Galileo mungkin belum pernah mendapatkan kesempatan membaca Tipitaka, bila ia pernah membaca Tipitaka mungkin ia akan mengatakan bahwa ternyata surga juga ikut bergerak. Kehidupan termasuk alam dewa brahma juga ikut berputar mengelilingi pusat Galaksi, dan bila benar galaksi Bimasakti bergerak ke arah konstelasi Leo, maka surga dan alam Brahma juga bergerak bersama dengan Galaksi Bimasakti ke arah konstelasi Leo dengan kecepatan tinggi.


Tiga Cara Kehancuran Bumi (Astronomi & Buddhism)

TIGA CARA KEHANCURAN
DITINJAU DARI ASTRONOMI

Gravitasi pusat galaksi yang menarik tata-surya semakin mendekat satu sama lain, apabila dua tata-surya terlalu dekat satu sama lain, maka gravitasi kedua tata-surya itu akan saling tarik-menarik dan akhirnya menyebabkan kedua matahari itu saling mengorbit, sesuai dengan hukum Newton mengenai gaya tarik-menarik antara dua massa (hukum gravitasi universal), atau teori relativitas umum dari Einstein, dan terbentuklah sistem biner. Setelah semua tata-surya terlalu berdekatan satu sama lainnya maka panas yang ditimbulkannya amat luar biasa dan mengakibatkan semua materi yang berada di seluruh galaksi terbakar termasuk gas dan debu yang mengisi seluruh celah dan ruang yang berada di galaksi, kemungkinan kebakaran ini juga meluas sampai ke corona galaksi (corona galaksi yaitu bagian terluar yang membungkus galaksi dan tidak nampak oleh mata), sehingga dari jauh nampak seperti Ellips, oleh karena itu disebut Ellips Galaxy, galaksi yang terbesar dan galaksi yang terkecil adalah ellips galaksi yang memperlihatkan fase-fase dalam pembakaran galaksi (galaksi ellips tidak memiliki gas dan debu yang merupakan materi pembentuk tatasurya, oleh karena itu para ahli menyimpulkan bahwa fase terbentuknya galaksi telah lama berlalu).
Analogi ahli Astronomi adalah bagaikan memasuki sebuah hutan dan melihat banyak tumbuhan dalam berbagai fase, ada rontokan ranting, rontokan daun, atau bunga dan mungkin juga buah bila sedang musim, dari patahan ranting tersebut bisa diukur berapa umur ranting tersebut, berasal darimana ranting tersebut, dan bahkan kita bisa menghitung umur pohon induknya, bila sudah tumbang (yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah cincin pertumbuhan). Demikian juga galaksi, ada fase baru terbentuk, berkembang sempurna dan hancur kembali.
Dalam Abhidhammatha sangaha disebutkan bahwa yang dimaksud dengan unsur api, angin, air dan tanah yaitu:
a)      Unsur api juga berarti unsur temperatur, yang berarti bahwa panas dan dingin juga termasuk unsur api.
b)     Unsur angin juga berarti unsur gerak, getaran, juga termasuk unsur tekanan, bila dijabarkan secara fisika adalah juga berarti unsur gaya.
c)      Unsur air berarti unsur kohesi (sifat mengikat) jadi segala sesuatu yang bersifat kohesi atau adhesi adalah termasuk unsur air.
d)     Unsur tanah berarti unsur padat atau juga berarti sifat pengembangan, keras dan lembut juga termasuk unsur tanah.
Disebutkan dalam Visuddhi Magga bahwa pada kehancuran karena angin maka Himalaya bertumbukan dengan Himalaya dan seterusnya... Yang dimaksud disini adalah dua buah Himalaya yang berbeda, dan saling bertumbukan dan karena di tata-surya kita hanya ada 1 buah Himalaya, maka pasti yang memenuhi syarat adalah Himalaya yang berasal dari luar tata-surya kita, dengan kata lain kemungkinan dua buah planet seperti bumi saling bertumbukan dan akan mengakibatkan kchancuran yang luar biasa dahsyat, apalagi bila ditambah dengan dua buah matahari yang saling bertumbukan, sulit dibayangkan akibatnya, untunglah hal ini hanya terjadi hanya sekali setiap 64 kali kehancuran.
Dalam Ananda Vagga bagian Tika Nipata yang ada dalam Anguttara Nikaya bahwa setiap tata-surya memiliki 31 alamnya masing-masing, termasuk bumi sendiri, matahari sendiri dan sebagainya Untuk mencari padanan bentuk kehancuran karena angin maka kita harus mencari fenomena yang lebih sedikit nampak di alam semesta, yaitu fenomena dua buah galaksi yang saling bertumbukan, contohnya yaitu galaksi yang dikenal dengan kode NGC 4038 dan NGC 4039 yang lebih dikenal dengan sebutan the Antennae atau juga NGC2326, masih ada lagi contoh tumbukan galaksi, yang nampak dalam beberapa fase, contoh lain yang terkenal adalah NGC4676 A dan B yang lebih dikenal dengan sebutan “The Mice” ( si tikus). Bila dua buah Galaksi bertumbukan maka bintang-bintang dari kedua Galaksi akan saling lewat dan berinteraksi, interaksi gravitasi dari kedua Galaksi bisa menghasilkan pemandangan yang spektakuler, tumbukan yang terjadi akan melempar banyak bintang ke ruang antar galaksi, dengan membentuk arus melengkung, sebagai-mana yang ditunjukkan de-ngan simulasi komputer oleh Alan Toomre dari Joint institute for Laboratory of Astrophysics di Colorado, simulasi tersebut secara dramatis.
Bandingkan dengan cuplikan Visuddhi Magga berikut ini, “Akhirnya angin muncul dari dalam bumi, dan membalikkan bumi, melemparnya ke angkasa, bumi terpecah menjadi fragmen berukuran seratus yojana, berukuran dua, tiga, empat, lima ratus yojana, semua ini juga terlempar ke angkasa dan lenyap. Gunung-gunung di tatasurya, dan gunung Sineru tercungkil dan terlempar ke angkasa, dimana mereka saling bertumbukan sampai hancur berkeping-keping dan lenyap, dengan cara ini angin menghancurkan istana para dewa yang dibangun di Bumi (di Gunung Sineru) dan yang dibangun di Angkasa, angin juga menghancurkaan keenam alam dewa Sugati dan menghancurkan seratus milyar tata-surya, kemudian tata-surya bertumbukan dengan tata-surya, gunung Himalaya dengan gunung Himalaya, Sineru dengan Sineru, sampai hancur berkeping-keping dan musnah”. Dari cuplikan diatas indikasinya jelas kelihatan bahwa yang dimaksud dengan kehancuran karena angin (tata-surya bertumbukan dengan tata-surya) adalah disebabkan tumbukan antar galaksi. Apakah yang menyebabkan dua galaksi ber-tumbukan? Sebenarnya setiap galaksi yang berada di alam semesta berkelompok, kelompok galaksi yang kecil disebut gugus (cluster), dan gugus- gugus yang ada membentuk kelompok galaksi yang lebih besar lagi yang disebut super cluster. Setiap galaksi yang berada pada suatu gugus akan terus berada di dalam sistem karena tertahan oleh gravitasi pusat massa gugus galaksi, dan ketika bergerak secara acak di dalam sistem, suatu ketika dua galaksi bertemu dan bertumbukan, inilah penyebab “pertemuan” antar galaksi.

Penyebab ketiga dari kehancuran adalah karena air, bagaimana mencari padanan peristiwa serupa di alam semesta nampaknya agak sulit, karena tidak seperti api yang menyebabkan cahaya bertambah terang, atau karena angin (gerak) yang dapat dilihat disebabkan oleh adanya dua objek yang saling mendekat, maka kehancuran karena air jauh lebih sulit dideteksi mengingat sifat air yang tidak memancarkan sinar dan akibatnya akan menyebabkan cahaya dari sebuah galaksi malah mungkin semakin meredup, dan ini membuat usaha untuk mencari padanan peristiwa serupa di alam semesta menjadi lebih sulit, sebab kita tidak dapat melihat proses detail yang terjadi di alam semesta.

Kehancuran alam semesta (versi Buddhism)

KEHANCURAN ALAM SEMESTA
MENURUT PANDANGAN BUDDHIS

Kutipan dari Visuddhi magga (Bab XIII, 28-65) mengenai apa yang akan terjadi di akhir jaman, di masa yang akan datang, lama sekali setelah kemunculan Buddha terakhir pada siklus bumi sekarang ini yaitu Buddha Metteyya, ada suatu masa muncullah awan tebal yang menyirami seratus milyar tata surya (Kotisatasahassa cakkavalesu).
 Manusia bergembira, mereka mengeluarkan benih simpanan mereka, dan menanamnya, tetapi ketika kecambah mulai tumbuh cukup tinggi bagi anak sapi untuk merumput, tiada lagi hujan yang turun setetespun sejak saat itu. Inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha, ketika beliau mengatakan “para bhikkhu pada suatu kesempatan yang akan datang setelah banyak tahun, banyak ratusan tahun, banyak ribuan tahun, banyak ratusan ribu tahun tidak turun hujan” (Anguttara Nikaya IV, 100). Para mahluk yang hidupnya bergantung dari air hujan menjadi mati dan terlahir kembali di alam Brahma, begitu juga para dewa yang hidupnya tergantung pada buah-buahan dan bunga. Setelah melewati periode yang sangat panjang dalam kekeringan seperti ini, air mulai mengering disana sini, selanjutnya ikan dan kura-kura jenis tertentu mati dan terlahir kembali di alam Brahma, dan demikian juga para mahluk penghuni neraka, ada juga yang mengatakan para mahluk penghuni neraka mati dengan kemunculan matahari ketujuh (mati dan terlahir lagi di alam brahma).
Dikatakan bahwa tak ada kelahiran di alam Brahma tanpa memiliki Jhana (tingkat konsentrasi dalam meditasi), dan beberapa diantara mereka karena terobsesi makanan (kelaparan), tak mampu mencapai Jhana. Bagaimana mungkin mereka dapat terlahir disana?  Yaitu dengan Jhana yang mereka dapatkan sesudah terlahir di alam dewa dan melatih meditasi disana. Sebenarnya seratus ribu tahun sebelum kiamat dewa dari alam sugati yang disebut Loka Byuha (world marshall) telah mengetahui bahwa seratus ribu tahun yang akan datang akan muncul akhir masa dunia (akhir kappa). Kemudian mereka berkeliling di alam manusia, dengan rambut dicukur, kepala tanpa penutup, dengan muka yang memelas, menghapus air mata yang bercucuran, memakai pakaian warna celupan, dengan keadaan pakaian semrawut mereka mengumumkan kepada manusia , “ Tuan-tuan yang baik, Seratus ribu tahun dari sekarang akan tiba pada akhir dunia (akhir kappa), dunia ini akan hancur, bahkan samudra pun akan mengering. Bumi ini dan sineru raja semua gunung, akan terbakar habis dan musnah, kehancuran bumi akan merambat sampai ke alam brahma, kembangkanlah metta bhavana (meditasi cinta kasih) dengan baik, kembangkanlah karuna (belas kasihan), mudita (simpati) dan juga upekkha (keseimbangan batin, yaitu tidak marah bila dicela dan tidak besar kepala bila dipuji) rawatlah ibumu, rawatlah ayahmu, hormatilah sesepuh kerabatmu”.
Setelah para dewa dan manusia mendengar kata-kata ini mereka pada umumnya merasa bahwa suatu hal yang penting harus segera dilakukan, mereka menjadi baik terhadap sesama, dan membuat pahala (kusalakamma), melatih cinta kasih dan sebagainya, akibatnya mereka terlahir kembali di alam dewa, di sana mereka mendapatkan makanan dewa, kemudian melatih meditasi kasina dengan obyek udara lalu mencapai jhana. Yang lainnya terlahir di alam dewa sugati (sense sphere) melalui kamma yang dipupuk dalam kehidupan sebelumnya (Aparapariya vedaniyena kammena), yaitu kamma yang akan berbuah dimasa mendatang. Sebab tidak ada makhluk hidup yang menjelajahi lingkaran kelahiran kembali tanpa memiliki simpanan kamma (baik maupun buruk) masa lampau yang akan berbuah di masa mendatang. Mereka pun mencapai jhana dengan cara yang sama. Pada akhirnya semuanya akan terlahir kembali di alam brahma diantaranya melalui pencapaian jhana di alam dewa yang menyenangkan dengan cara ini. Setelah waktu yang lama sekali hujan tidak turun, matahari kedua muncul. Dan ini diterangkan oleh sang Bhagava dengan diawali kata-kata, “Para Bhikkhu, ada masanya dimana... (Angguttara Nikaya IV, 100). Dan selanjutnya ada di dalam Satta Suriya Sutta.
Ketika matahari kedua telah muncul, tak bisa lagi dibedakan antara siang dan malam. Setelah matahari yang satu tenggelam yang lain terbit, dunia merasakan terik matahari tanpa henti, tetapi tidak ada dewa yang mengatur matahari pada menjadi baik terhadap sesama, dan membuat pahala (kusalakamma), melatih cinta kasih dan sebagainya, akibatnya mereka terlahir kembali di alam dewa, di sana mereka mendapatkan makanan dewa, kemudian melatih meditasi kasina dengan obyek udara lalu mencapai jhana.
Yang lainnya terlahir di alam dewa sugati melalui kamma yang dipupuk dalam kehidupan sebelumnya (Aparapariya vedaniyena kammena), yaitu kamma yang akan berbuah dimasa mendatang. Sebab tidak ada makhluk hidup yang menjelajahi lingkaran kelahiran kembali tanpa memiliki simpanan kamma (baik maupun buruk) masa lampau yang akan berbuah di masa mendatang. Mereka pun mencapai jhana dengan cara yang sama. Pada akhirnya semuanya akan terlahir kembali di alam brahma diantaranya melalui pencapaian jhana di alam dewa yang menyenangkan dengan cara ini. Setelah waktu yang lama sekali hujan tidak turun, matahari kedua muncul. Dan ini diterangkan oleh sang Bhagava dengan diawali kata-kata, “Para Bhikkhu, ada masanya dimana... (Angguttara Nikaya IV, 100). Dan selanjutnya ada di dalam Satta Suriya Sutta.
Ketika matahari kedua telah muncul, tak bisa lagi dibedakan antara siang dan malam. Setelah matahari yang satu tenggelam yang lain terbit, dunia merasakan terik matahari tanpa henti, tetapi tidak ada dewa yang mengatur matahari pada waktu kehancuran kappa berlangsung seperti pada matahari yang biasa, (karena dewa matahari pun mencapai jhana dan terlahir kembali di alam brahma). Pada waktu matahari yang biasa bersinar awan kilat dan uap air berbentuk gelap memanjang melintasi angkasa, tetapi pada kehadiran waktu kehancuran kappa berlangsung seperti pada matahari yang biasa, (karena dewa matahari pun mencapai jhana dan terlahir kembali di alam brahma). Pada waktu matahari yang biasa bersinar awan kilat dan uap air berbentuk gelap memanjang melintasi angkasa, tetapi pada kehadiran sebelum mencapai alam Brahma Abhassara. Api itu tidak lenyap, api itu hanya lenyap setelah semua yang berbentuk musnah terbakar, seperti api yang membakar lemak yang berasal dari susu dan minyak, tidak meninggalkan debu.
Angkasa yang di atas dan di bawah sekarang menjadi satu dalam kegelapan yang mencekam yang meliputi alam semesta. Setelah suatu masa yang lama sekali berlalu, munculah awan yang sangat besar, pada mulanya hujan turun perlahan-lahan kemudian bagai bah turun tetesan yang lebih besar seperti tangkai teratai, seperti pipa, seperti antan, seperti tangkai palem, terus bertambah besar dam menyirami semua tempat yang bekas terbakar pada seratus milyar tata surya sampai menjadi terendam. Kemudian angin (energi) yang berada di bawah dan sekelilingnya muncul dan menekan serta membulatkannya, seperti butir air di daun teratai.
Dikarenakan tertekan oleh udara, menyatu dan berkurang, maka bentulmya mengecil pada waktu alam brahma yang lebih rendah muncul pada tempatnya dan tempat alam dewa yang lebih tinggi muncul lebih dahulu pada tempatnya setelah turun sampai batas tinggi sebelumnya (alam-alam dewa Catumaharajika dan Tavatimsa muncul bersamaan dengan munculnya bumi karena kedua alam tersebut terkait dengan bumi), angin yang kencang muncul dan menghentikan proses tersebut serta menahannya tetap pada posisi itu, seperti air pada teko yang di tutup lubangnya. Setelah proses itu selesai, humus yang penting muncul di atas permukaannya, yang memiliki warna, bau dan rasa seperti lapisan yang berada di atas permukaan tajin (berasal dari cucian beras). Kemudian para makhluk yang lebih awal terlahir di alam Brahma Abhassara turun dari sana oleh karena habisnya usia atau ketika kamma baik mereka (yang menopang kehidupan di sana) telah habis maka mereka terlahir kembali di sini, tubuh mereka bercahaya dan melayang layang di angkasa. Setelah memakan humus, mereka dikuasai oleh kemelekatan seperti yang di uraikan dalam Aganna Sutta (Digha Nikaya III 85). Periode waktu munculnya awan yang mengawali kehancuran kappa sampai apinya padam disebut satu Asankheyya, dan disebut masa penyusutan (contraction/pali: samvatto). Setelah padamnya api sampai timbulnya awan besar pemulihan yang menyirami seratus milyar tata-surya merupakan Asankheyya kedua, dan disebut masa setelah penyusutan (samvattathayi).
Periode setelah pemulihan sampai munculnya bulan dan matahari merupakan asankheyya ketiga dan disebut pengembangan (expansion/vivatto). Periode setelah munculnya bulan matahari sampai munculnya awan yang mengawali kehancuran merupakan asankheyya keempat dan disebut masa setelah ekspansi (vivatthayi). Empat asankheyya ini disebut satu maha kappa. Inilah pengertian mengenai kehancuran dan pembentukan kembali alam semesta oleh karena api.
Ada tiga macam kiamat dalam agama Buddha yaitu, kiamat yang disebabkan oleh api, air dan angin. Awal dari kehancurannya adalah sama, yaitu dengan munculnya awan besar yang menjadi awal. Perbedaannya adalah jika pada kehancuran karena api matahari kedua muncul maka pada kehancuran karena air muncullah awan kaustik yang maha besar (kharudaka). Pada awalnya hujan muncul perlahan-lahan, kemudian sedikit demi sedikit bertambah besar sampai menyirami seratus milyar tata surya, setelah tersentuh air kaustik, bumi gunung dan sebagainya mencair dan semua air yang timbul ditunjang oleh angin (energi). Air merendam semua yang ada di bumi sampai alam jhana kedua terus naik hingga ke alam jhana ketiga yang lebih rendah dan berhenti sebelum sampai di alam subhakinha. Air itu tak akan surut apabila ada benda yang bersisa walaupun hanya sebesar atom, dan hanya akan surut apabila semua benda yang berbentuk telah larut.
Awal dari semuanya yaitu: angkasa yang di atas dan angkasa yang di bawah bersatu diselimuti kegelapan semesta yang mencekam, telah diterangkan perbedaannya yaitu pada kehancuran karena api alam maha brahma lebih dahulu muncul dan makhluk-makhluk terlahir dari alam Brahma Abhassara sedangkan pada kehancuran karena air para makhluk turun dari alam subhakinha ke alam Brahma yang lebih rendah dan ke alam-alam yang berada dibawahnya. Periode munculnya awan besar yang mengawali kehancuran sampai surutnya air kaustik disebut satu asankheyya, periode surutnya air sampai munculnya awan pemulihan disebut satu asankheyya, periode munculnya awan pemulihan sampai... dan seterusnya, keempat asankheyya ini disebut satu maha kappa, inilah bentuk penghancuran kappa dengan air (zat cair)’
Kehancuran alam semesta yang disebabkan oleh angin mirip dengan air dan api, yaitu pertama munculah awan yang mengawali kehancuran kappa, tetapi ada perbedaannya, bila penghancuran karena api muncul matahari kedua, maka pada kehancuran yang disebabkan oleh angin muncullah angin (unsur gerak) yang menghancurkan kappa itu, pertama muncullah angin yang menerbangkan debu (flue) kasar kemudian flue halus lalu pasir halus, pasir kasar, kerikil, batu dan seterusnya kemudian sampai mengangkat batu sebesar batu nisan dan pohon-pohon besar yang tumbuh ditempat yang tak rata semua tertiup dari bumi ke angkasa luar dan tidak jatuh kembali ke bumi tetapi hancur berkeping-keping dan musnah.
Kemudian angin muncul dari bawah permukaan bumi dan membalikkan bumi melemparnya ke angkasa. Bumi hancur menjadi pecahan kecil-kecil berukuran seratus yojana, dua, tiga, empat, lima ratus yojana dan terlempar ke angkasa juga, hancur berkeping-keping lalu musnah. Gunung-gunung di tatasurya dan gunung Sineru tercabut ke luar angkasa, disana gunung-gunung ini saling bertumbukan hingga berkeping-keping lalu lenyap.
Dengan cara ini angin menghancurkan alam para dewa yang dibangun di bumi (di gunung Sineru) dan yang dibangun di angkasa, kekuatan angin itu meningkat terus dan menghancurkan keenam alam dewa yang penuh kebahagiaan indera kamasugati (dari alam catumaharajika sampai ke alam paranimitavasavati), seratus milyar (lit: seratus ribu juta) tatasurya ikut hancur juga. Tata-surya bertumbukan dengan tata surya Gunung Himalaya dengan Gunung Himalaya, Sineru dengan Sineru sampai hancur berkeping-keping dan musnah.
Angin menghancurkan dari bumi sampai alam brahma Jhana ketiga dan berhenti sebelum mencapai alam vehapphala yang berada pada alam jhana keempat. Setelah menghancurkan semuanya angin kembali mereda, kemudian semuanya kembali seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, ‘angkasa yang di atas menjadi satu dengan angkasa yang di bawah dalam kegelapan yang mencekam dan alam yang kembali muncul pertama kali adalah alam brahma subhakinha.
Periode waktu awan besar awal kehancuran muncul sampai surutnya angin yang menghancurkan adalah satu asankheyya kappa, periode surutnya angin sampai munculnya awan pemulihan adalah satu asankheyya kappa juga dan seterusnya. Empat asankheyya kappa ini membentuk satu mahakappa, beginilah cara kehancuran yang disebabkan oleh angin.
Apakah yang menyebabkan kehancuran dunia seperti ini? Tiga akar akusala kamma (perbuatan buruk) adalah penyebabnya, apabila salah satu akar akusala kamma lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh sebab itu, contohnya bila lobha (keserakahan materi) lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh api, bila dosa (kebencian) lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh air, dan jika moha yaitu kegelapan batin yang disebabkan oleh ketidak mampuan seseorang membedakan yang baik dan yang buruk (bukan kebodohan dikarenakan tidak bersekolah) lebih menonjol maka dunia akan hancur oleh angin, ada juga yang beranggapan bila kebencian lebih menonjol dunia akan hancur oleh api, dan bila lobha yang lebih menonjol dunia akan hancur oleh air. Tujuh kali hancur oleh api, yang kedelapan hancur oleh air. setelah tujuh kali hancur oleh air tujuh kali lagi hancur oleh api, enam puluh tiga maha kappa telah berlalu dan pada kappa keenam puluh empat maka giliran angin yang menghancurkan sehingga alam Subhakhina juga ikut hancur di mana usia maksimumnya adalah tepat enam puluh empat kappa. “Dunia ini akan hancur oleh angin, air dan api …’ dan berlangsung sejak masa yang tak terhitung dan akan terus berlangsung tanpa dapat diketahui kapan akan berakhir.


Asal-usul galaxy dan usia alam semesta dalam pandangan agama Buddha

ASAL-USUL GALAXY
(PROSES PEMBENTUKANNYA)

Gambaran orang jaman dahulu didominasi oleh pemikiran bahwa dunia ini datar, matahari adalah objek penerang bumi, demikian juga bulan dan bintang, sedangkan langit berbentuk kubah dan sewaktu-waktu hujan turun dari langit bila langit bocor karena diluar langit ada air. Ini adalah pemikiran “mainstream” yang umum dianut oleh umat manusia karena keterbatasan teknologi observasi pada masa itu, sebelum muncul pemikiran heliosentris dari Copernicus, gereja mengadopsi pemikiran geosentris dari Ptolomeus, yang menganggap bumi ini merupakan pusat alam semesta”.
`Waktu Galileo Galilei membenarkan pendapat Copernicus, ia menghadapi tantangan yang selalu terjadi pada manusia bila dihadapkan pada “kebenaran”, yaitu menolak dan menentang mati-matian bila mereka telah melekat pada pandangan salah. Setelah penemuan-penemuan teleskop yang lebih canggih maka ungkapan itu sebaiknya ditambah dengan ungkapan yang lain, yaitu bumi tempat kita berdomisili dibandingkaan dengan alam semesta adalah bagaikan sebutir pasir di gurun. Memang benar hanya dalam sekejap, setelah dipasang teleskop yang lebih canggih dengan diameter yang lebih besar, maka resolusi gambar yang dihasilkan lebih tajam dan jarak kemampuan observasi kita bertambah berkali-kali lipat.
Satu detik sinar dapat mengelilingi bumi kira-kira delapan kali (keliling bumi 40.000 km)  dan kecepatan cahaya adalah 300.000 km perdetik. Jarak bumi ke Matahari hanya 9 menit cahaya, jarak matahari ke planet pluto adalah 5,5 jam cahaya, diameter galaksi Bimasakti adalah seratus ribu tahun cahaya. Jarak benda terjauh dari bumi yang dapat terdeteksi adalah milyaran tahun cahaya, itu berarti cahaya yang kita terima adalah gambaran kejadian milyaran tahun yang lalu, jauh sebelum munculnya “manusia pertama”.
Bahkan cahaya yang berasal dari ujung Galaksi Bimasakti-pun sudah lebih tua umurnya daripada “manusia pertama”. Dahulu orang Eropa mempercayai (berdasarkan kitab suci mereka) dunia ini terbentuk hampir bersamaan dengan manusia pertama dan diperkirakan bahwa alam semesta baru berumur 6000 tahun. Ketika mereka mengetahui bahwa perkiraan mereka salah, maka mereka mengubah perkiraan mereka dan mengatakan bahwa bumi (juga termasuk alam semesta) telah muncul 20 juta tahun yang lalu, namun kemudian pandangan ini berubah lagi menjadi 100 juta tahun, terus berubah melalui tingkat-tingkat hingga menjadi 6000 juta tahun yang lalu. Argumentasi ini hanya menggambarkan spekulasi yang berubah-ubah, yang menggambarkan ketidak-tahuan, tidak lebih.
Bila jarak bumi dengan benda terjauh yang dapat teramati adalah milyaran tahun dan jarak itu dapat dianggap sebagai jari-jari alam semesta maka dapat diketahui volume alam semesta, yaitu 3,14 x Jari-jari x Jari-jari. Dapat anda bayangkan betapa besar dan luasnya alam semesta ini. Bumi kita beserta matahari dan planet-planetnya hanya merupakan satu tatasurya di antara seratus milyar tatasurya yang berada di Galaksi Bimasakti. Ada bermilyar-milyar galaksi di seluruh alam semesta hanya belum semuanya, karena perhitungan di atas hanya berlaku untuk alam semesta yang teramati sesuai dengan teknologi yang ada sekarang ini. Karena sebenarnya alam semesta jauh lebih luas dari itu, hal ini dapat kita baca dari kutipan Rohitassa Sutta (Anguttara Nikaya 11, 45-46) berikut ini.
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di hutan Jeta di taman Anathapindika. Kemudian Rohitassa, sesosok dewa, ketika malam menjelang pagi datang, dan dengan kemilau cahayanya menerangi seluruh hutan Jeta datang menemui sang Bhagava, setelah sujud memberi hormat berdiri pada satu sisi. Sewaktu berdiri demikian dewa Rohitassa bertanya kepada Sang Bhagava: “Mohon Sang Bhagava menerangkan. apakah mungkin bagi kita, untuk pergi, untuk melihat, untuk mencapai ujung dunia, dimana tiada lagi mahluk yang terlahir, atau menjadi tua, tiada lagi kejatuhan dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain”. “Yang mulia, saya menyatakan bahwa tidak ada ujung dari dunia, yang bisa dicapai atau dilihat, dimana tiada lagi mahluk-mahluk yang hidup kekal, tidak bertambah tua, tiada lagi kematian, tiada lagi kejatuhan dari alam yang satu ke alam yang lain.” “Luarbiasa Sang Bhagava! Mengagumkan Sang Bhagava, dengan jelas diuraikan oleh Sang Bhagava: Tidak ada ujung dari dunia, yang bisa dicapai atau dilihat, dimana tiada lagi mahluk-mahluk yang hidup tidak kekal, tidak bertambah tua, tiada lagi kematian, tiada lagi kejatuhan dari alam yang satu ke alam yang lain!” Jadi dengan jelas Sang Bhagava pun juga menggambarkan secara samar bahwa alam semesta ini sangat luas dan tiada ujung dunia yang tidak diliputi oleh kelahiran dan kematian. Milyaran galaksi yang tampak di alam semesta ini hanya merupakan 1(satu) persen dari jumlah seluruh materi yang teramati di alam semesta. Berapa banyakkah jumlah materi yang ada di seluruh alam semesta, yang teramati ditambah yang tidak teramati adalah tidak begitu jelas.
Alam semesta yang teramati pada proses fusi nuklir di Matahari (yaitu penggabungan dua buah atom hidrogen menjadi sebuah atom helium) dalam prosesnya membentuk unsur atom helium yang lebih besar, memancarkan energi dalam bentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan pada proses fusi nuklir ini akan dipancarkan tak terhingga jauhnya, hingga keluar dari batas jangkauan pengamatan kita dalam berbagai bentuk, diantaranya sebagai sinar kosmis. 50 Sebaliknya alam semesta kita akan menangkap kembali energi yang dipancarkan dari alam semesta yang berada diluar jangkauan pengamatan kita. Yang dimaksud batas jangkauan pengamatan kita adalah, batas jangkauan teleskop yang paling canggih saat ini. Energi yang berasal dari luar jangkauan membentuk ikatan atom kembali sehingga hukum kekekalan energi tetap berlangsung. Hal inilah yang terjadi pada masa setelah kehancuran Galaksi. Dikatakan bahwa setelah terjadi akhir kappa (kiamat parsial/ kehancuran Galaksi) maka tidak ada bentuk yang tersisa padat maupun cair, semua berubah bentuk menjadi ion-ion dan gas (ion adalah unsur atau molekul yang bermuatan listrik). Kemusnahan Galaksi yang dimaksud disini adalah bagai musnahnya alkohol atau minyak yang terbakar tanpa meninggalkan jelaga sama sekali. Jelas kita ketahui bahwa kemusnahan seperti itu sebenarnya hanya perubahan bentuk fisik, minyak itu terurai kembali menjadi karbon dioksida, uap air dan sebagainya, lalu kembali mengumpul dan terbentuk.
Menurut teori tradisional galaxy memulai bentuknya sebagai gas yang berbentuk awan bulat dimana bintang dan gugus bintang (titik-titik) terbentuk. Ketika awan gas yang berputar merapat menjadi cakram, bintang-bintang Halo tertinggal sebagai fossil galaxy.
Sedangkan pada kehancuran diakhir Kappa, kehancuran yang terjadi sangat dahsyat, sehingga alam dewa dan Brahma tingkat rendahpun ikut hancur. Setelah semuanya habis terbakar maka gas-gas dan ion-ion sisa pembakaran pada gilirannya akan berubah menjadi perangkap sinar. Luas areal gas sisa pembakaran galaksi ini bisa mencapai radius jutaan tahun cahaya (lihat gbr 5.2). Bandingkan dengan diameter galaksi yang kurang lebih seratus ribu tahun cahaya. Oleh karena sinar yang masuk terperangkap maka sebagai akibatnya tentu saja daerah yang berada di sekitar pusat gas yang merupakan sisa kehancuran Galaksi nampak sangat gelap, hal ini sesuai dengan yang dikatakan dalam Visuddhi Magga. Sekarang pada tahap ini angkasa yang diatas bersatu dengan angkasa yang dibawah dalam kegelapan mencekam yang luas.
Pada umumnya sifat benda-benda yang gelap cenderung menyerap sinar, maka sisa-sisa Galaksi yang telah berubah bentuk menjadi Ion dan gas akan kembali menyerap sinar yang dipancarkan oleh objek-objek lain yang berada di alam semesta sehingga energi yang telah dipancarkan oleh galaksi kita akan diserap oleh galaksi-galaksi lain dan demikian juga sebaliknya. mengikat dan membentuk massa yang bertambah lama bertambah besar karena gravitasi antara dua buah massa yang cenderung saling tarik-menarik (atom-atom dan molekul juga merupakan massa, bahkan termasuk neutron, elektron, quark dan sebagainya).
Setelah selang waktu yang sangat lama sekali maka massa yang bertambah besar tersebut dengan bantuan energi yang terperangkap membentuk ikatan yang bertambah lama bertambah besar dan akhirnya berubah menjadi kabut. Dalam Astronomi kabut ini disebut Nebula yang merupakan cikal-bakal pembentuk tatasurya. Pada fase ini kabut Nebula belum memancarkan sinar. tetapi telah mulai memancarkan gelombang elektromagnetik (gelombang radio). Untuk melacak keberadaan Galaksi yang tidak memancarkan gelombang cahaya, tetapi memancarkan gelombang radio bisa di lihat dengan teleskop radio, contohnya seperti yang ada di Mt. Antero yang terletak di Puerto Rico. Teleskop ini dapat anda lihat di film spionase James Bond yang berjudul Golden eye. (Pernahkah anda menyaksikan film James Bond yang berjudul Golden Eye? Parabola raksasa statis yang anda saksikan di film tersebut adalah teleskop radio raksasa terbesar di dunia berdiameter 300 meter) Atau bisa juga anda lihat dengan bantuan VLA (Very large array) telescope yang terletak di dekat Socorro negara bagian New Mexico di Amerika serikat. Anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke Amerika Serikat, cukup pergi ke bioskop nonton film “Contact” yang dibintangi oleh peraih piala oscar Jodie Foster, yang nampak seperti antenna parabola berderet banyak sekali sebenarnya adalah deretan teleskop radio yang menggunakan tehnik interferometri.
Sehubungan dengan Nebula ini, dalam Visuddhi Magga disebutkan bahwa setelah terjadi kegelapan yang lama sekali maka muncullah “awan yang sangat besar”, pada mulanya hujan pelan-pelan, kemudian hujan rintik-rintik yang lebih besar, seperti tangkai teratai, bagai pipa, bagai antan, bagai dahan pohon palem dan bertambah lama bertambah besar serta menyirami tempat yang telah terbakar pada seratus milyar tata-surya, sehingga lenyap (bekas kebakarannya). Pengertian menyirami seratus milyar Tata-surya di sini harus dimengerti bukan berarti seperti menyirami air di ladang, tetapi maksud Visuddhi Magga adalah karena semua keadaan ini dilihat oleh ingatan akan kelahiran yang lampau maka nampaknya seolah-olah hujan, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah partikel-partikel kabut ini oleh karena kohesi bergabung menjadi partikel yang lebih besar dan mulai membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar, seperti kondensasi yang terjadi pada uap air, schingga massa materi yang lebih kecil ditarik ke arah massa yang lebih besar.
Anggaplah di bekas tatasurya kita sudah terbentuk kelompok massa yang lebih besar daripada yang lainnya. Massa yang lebih kecil yang ada di sekitamya oleh karena gaya gravitasi akan tertarik oleh massa yang lebih besar ini, sehingga bila kita berada pada massa yang lebih besar ini, massa-massa kecil yang tertarik akan nampak bagaikan hujan, oleh karena semua ini dilihat dengan kemampuan melihat massa yang lampau maka seperti itulah nampaknya yang terjadi. Para ahli Astronomi pada fase ini tidak mengerti mengapa awan debu dan gas antar bintang ini collapse dan membentuk bintang, karena awan-awan ini dingin dan kerapatan molekulnya rendah (kurang lebih satu atom per cm³).
Tetapi komentar pada Visuddhi Magga dengan tepat mengatakan bahwa terjadi kondensasi sehingga hujan. (penulis lebih cenderung beranggapan bahwa keadaan yang sangat dingin mencegah kondensasi, setelah lama berlalu, bekas galaksi lebih hangat, sehingga uapnya terkondensasi) Lebih lanjut Visuddhi Magga menguraikan bahwa setelah air hujan mencapai alam Visuddhi Magga tidak menyatakan bahwa bumi kita bulat karena belum dapat diterima pada jaman itu, tetapi dengan perumpamaan air di daun teratai tersebut di atas maka jelaslah bahwa secara tidak langsung Visuddhi Magga menyatakan bahwa bumi kita dan planet-planet yang berada di tata-surya bentuknya bulat. Bandingkan dengan dengan teori yang dianut oleh para astronom. Jadi pernah dalam suatu masa bumi, bulan, planet-planet yang lain berada dalam keadaan cair. Disebutkan dalam Maha Parinibbana Sutta bahwa yang berada di dalam bumi adalah benda yang bersifat cair. Ini menyatakan bahwa hanya kerak bumi yang padat, sedangkan di bawah lapisan kerak bumi bersifat cair memang cairan magma dari dalam bumi merupakan campuran dari unsur besi, belerang, oksigen dll.
Dari uraian di atas kita telah mengetahui cara terbentuknya bumi dan galaksi tempat kita dilahirkan lantas pertanyaan lain timbul, kapan itu terjadi? Dalam Abhidhamma Pitaka dan dalam Sutta Pitaka disebutkan bahwa lamanya umur suatu masa diukur dengan Kappa. Ada tiga macam kappa, yaitu Maha kappa, Asankheyya kappa dan Antara kappa. Lamanya satu maha Kappa lebih dari satu mil kubik biji mustard (latin: Brasicca) yang diambil sebiji setiap 100 tahun.
Hanya untuk menyegarkan ingatan anda kembali, sudah dikatakan sebelumnya bahwa Satu maha kappa terdiri dari empat asankheyya kappa, sedangkan satu asankheyya kappa terdiri dari 20 antara kappa. Antara kappa adalah lamanya waktu yang diperlukan dalam evolusi manusia dari umur rata-rata manusia 10 tahun, naik hingga tak terhitung, lalu turun lagi hingga umur manusia menjadi rata-rata 10 tahun. Berapakah usia alam semesta menurut Buddhis? usia alam semesta menurut Buddhis berada diluar jangkauan persepsi manusia awam dan bila terus dipikirkan dapat membuat manusia gila (acinteyya).



Monday, April 27, 2015

Keunggulan Buddhism

Keunggulan agama Buddha 

Sang Buddha merupakan seorang yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna dalam tindak-tanduknya, sempurna menempuh jalan ke Nibbana, mengetahui alam-alam kehidupan, guru yang membimbing para dewa dan manusia, yang sadar, yang patut dimuliakan. Sang Buddha diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahanNya. Inilah yang nantinya akan menjadi alasan mengapa kita sebagai umat Buddha, menganggap ajaran Buddha sebagai jalan hidup  yang baik untuk dikarjakan dan bisa juga dikatakan yang tertinggi. Keunggulan-keunggulan yang menimbulkan kekaguman pada ajaran Sang Buddha

  1. Agama Buddha tidak membedakan kelas / kasta 

    Sang Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kelahirannya, kasta atau status sosialnya, bukan pula karena percaya atau menganut suatu ajaran kepercayaan atau agama. Seseorang dapat dikatakan baik atau jahat karena perbuatannya yang membuat moralitas seseorang menjadi baik atau buruk. Dengan melakukan perbuatan jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan melakukan perbuatan baik, seseorang akan menjadi baik. Setiap orang, tanpa melihat kelahirannya, keluarganya, orang miskin atau  kaya, semua bisa masuk surga atau neraka, atau bahkan bisa mencapai Nibbana. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perbuatannya atau moralitasnya. didalam kotbah-kotbah yang termuat dalam sutta yang telah dipelajari, Sang Buddha sering sekali menekankan pada  moralitas yang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia.
  2. Agama Buddha mengajarkan cinta kasih yang universal 

    Sang Buddha mengajarkan kita untuk selalu mengembangkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhlukdi dalam diri kita. Cinta kasih dan kasih sayang terhadap semua makhluk dipancarkan tanpa batas tanpa terkecuali. Artinya pikiran ini dipancarkan kepada semua makhluk, dewa, manusia, atau makhluk-makhluk yang terlahir di alam menderita (apaya 4), seperti kelahiran makhluk dialam neraka, hewan, setan, asura. Hal yang mudah kita ucapkan dan sulit untuk dipraktikkan adalah ketika mencoba untuk memancarkan kasih sayang dan cinta kasih itu kepada orang yang kita benci, atau kepada musuh kita. Padahal Sang Buddha sudah menganjurkan untuk memancarkan pikiran tersebut tanpa pandang bulu. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa agama yang mengajarkan bahwa hewan diciptakan Tuhan untuk kepentingan dan kelangsungan hidup manusia, sehingga membunuh makhluk selain manusia bukanlah kejahatan asalkan demi kelangsungan. Beberapa agama bahkan membenarkan membunuh orang bersalah yang menentang agamanya atau orang yang bertindak melawan doktrin agamanya.
  3. Dalam ajaran Buddha, tidak seorang pun diperintahkan untuk langsung percaya begitu saja

    Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaranNya. Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada pembuktian mengenai apa yang diajarkan (ehipassiko). Kitab-kitab, tradisi leluhur, Sang Buddha  menyarankan tidak langsung percaya begitu saja tanpa membuktikan manfaat yang diperoleh dengan melakukan atau percaya pada hal tersebut termasuk jangan langsung percaya kepada apa yang telah Sang Buddha ajarkan sendiri tanpa membuktikan kebenarannya. Hal ini pun berbeda dengan agama lain yang melarang pengikutnya mengkritik ajarannya sendiri. Jelas bagi kita bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir seluas-luasnya untuk membuktikan dan memahami keluhuran ajaran Sang Buddha itu sendiri.
  4. Agama Buddha mengajarkan diri sendiri sebagai perlindungan terbaik

    Sang Buddha pernah menjelaskan didalam Mahaparinibbana sutta bahwa, “Jadilah dirimu sebagai pelindung bagi dirimu sendiri". Kata-kata yang cukup singkat, padat, dan mempunyai penjelasan yang sangat panjang untuk memahaminya. Didalam ajaran lain mungkin  kita dianjurkan untuk meminta perlindungan kepada sosok adi biasa atau yang biasa dikenal dengan istilah Tuhan. tetapi, mengapa dalam agama Buddha, Sang Buddha menjelaskan demikian seperti diatas? Mengapa Sang Buddha menganjurkan siswanya untuk menjadikakn dirinya sendiri sebagai pulau perlindungan? Untuk menjawab pertanyaan ini maka ada juga pertanyaan yang harus ditanyakan kepada diri kita sendiri. Ketika terjadi sesuatu musibah/kecelakaan kepada siapakah kita harus berlindung? Apakah kecelakaan itu terjadi karena Tuhan atau makhluk lain? Siapa yang kurang hati-hati dan waspada?Jawablah dengan penuh kesadaran atau sadar diri.

    Sang Buddha tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan seseorang lahir di surga, atau Nibbana; karena semua itu tergantung akibat dari perbuatan yang telah dilakukan oleh masing-masing orang. Sang Buddha hanyalah guru atau pembimbuing yang menunjukkan jalan. Seperti tertulis dalam Dhammapada, “Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan.” Pilihan untuk mengikuti jalanNya atau tidak, tergantung pada diri kita sendiri. Hal ini pula yang membedakan dengan agama lain yang percaya Tuhan bisa menghukum orang ke neraka atau mengirimnya ke surga.