DIMANA SURGA BERADA
Bumi kita berputar pada porosnya dengan kecepatan 1600 km/jam
kecepatan yang dianggap sebagai kecepatan supersonik. Selain itu bumi kita juga
ber-revolusi mengelingi matahari dengan kecepatan 30 km/detik (sama dengan
108.000 km/jam) atau sama dengan 1/10.000 kali kecepatan cahaya. Matahari
beserta bumi mengelilingi pusat Galaksi Bimasakti dengan kecepatan 220 km
detik. Yang lebih hebat lagi, Galaksi Bimasakti kita bergerak ke arah gugus
bintang (konstelasi) Leo dengan kecepatan 540 km detik. Kecepatan Galaksi
Bimasakti ini lebih dari 1/600 kecepatan cahaya. Jarak antara Anyer ke
Panarukan berjarak kurang lebih 1.000 km, berarti kecepatan Galaksi Bimasakti
menempuh ‘jarak Antara Anyer ke Panarukan hanya dalam waktu 2 detik saja Suatu
kecepatan yang belum tertanding oleh pesawat luar angkasa manapun yang telah
dibuat oleh manusia selama ini.
Sejak jaman dahulu kala semua semua agama dan semua
keyakinan selalu mempertanyakan eksistensi surga ‘terlepas dari percaya atau
tidak, mereka berspekulasi mengenai bentuk, ukuran, dimana tempatnya dan
sebagainya. Spekulasi mereka bermacam-macam, ada yang beranggapan bahwa surga
berada pada arah tertentu, ada yang beranggapan bahwa surga berada di langit,
yang paling skeptis ada yang menganggap bahwa surga sama-sekali tidak ada. Bila
kita menyimak anggapan bahwa surga berada di langit maka ada hal yang kurang
tepat dari anggapan tersebut. sebab yang kita sebut langit adalah bagian
terluar dari atmosfir yang memecah cahaya. Sehingga hanya warna biru yang
nampak di latar-belakang angkasa. Penjelajahan luar angkasa dan pengamatan
teleskop membuktikan bahwa tidak ada surga tiga dimensi seperti yang diduga
semula. Hasil dari observasi teleskop membuktikan bahwa tidak ada istana-istana
megah yang dimaksud dalam kitab-kitab suci. demikian juga dengan penjelajahan
angkasa luar, para Astronot yang kembali dari angkasa luar tidak pernah membawa
malaikat atau bidadari, bahkan alien pun juga tidak. Kemungkinan besar surga
bersifat kasat mata dan berada pada dimensi keempat, sehingga tidak terlihat
dengan peralatan biasa yang hanya digunakan untuk mengobservasi benda-benda
tiga dimensi (ini juga spekulasi). Kita mengharap semoga diciptakan teleskop
atau alat observasi lainnya yang bisa digunakan untuk mengobservasi benda empat
dimensi. Bumi kita berputar pada porosnya, anggaplah bumi seperti sebuah bola
yang berputar, bila kita berdiri pada permukaan sebuah bola besar menghadap
kearah matahari pada pukul 12 siang, sebelah kiri kita adalah barat dan sebelah
kanan kita adalah timur. Setelah 12 jam berlalu tepat pukul 12 malam posisi kita
telah berada dibalik bola bumi arah kiri yang semula adalah barat sekarang
menjadi timur, dan sebaliknya arah kanan yang semula timur menjadi barat. Bagaimana
bila dikatakan bahwa surga berada disebelah atas? selama bumi berputar pada
saat tertentu kita berada dibawah, dan setelah lewat 12 jam kita kembali berada
diatas. Efek Rotasi paling sedikit pada arah utara dan selatan tetapi juga
tetap melenceng karena posisi bumi pada waktu ber-rotasi tidak tegak lurus
terhadap matahari. Bila kita menunjuk pada suatu arah misalnya utara dan
ditarik garis lurus mengikuti permukaan bumi maka sudah jelas kita akan tiba
kembali di tempat yang sama, tidak ada satu tempat pun di muka bumi yang
merupakan pusat, dan secara bersamaan semua titik di permukaan bumi juga
merupakan pusat. Jadi bagaimana bila ada konsep yang mengatakan bahwa surga
berada pada arah tertentu (barat atau yang lain?). Konsep itu hanya mungkin
benar apabila didasarkan asumsi bahwa bumi datar dan bumi tidak berputar, suatu
pemikiran lazim yang dianut oleh orang orang jaman dahulu kala, sebelum
ditemukannya kompas, teleskop dan lain lain.
Jadi sebenarnya konsep surga yang berada pada “arah
tertentu” merupakan ciptaan orang-orang primitif di jaman dahulu dan untuk
konsumsi pemikiran orang-orang primitif jaman dahulu, sebelum penjelajahan
Marcopolo dan Columbus, juga sebelum disebar luaskannya teori Heliosentris
Copernicus oleh Galileo Gallilei.
Buku
Attakatha disebutkan bahwa, alam surga Catumaharajika dan alam surga Tavatimsa
berkaitan secara langsung dengan bumi dan ikut bergerak bersama bumi (surga
yang merupakan tempat tinggal mereka juga ikut bergerak), contohnya pohon-pohon
yang merupakan tempat tinggal dewa pohon, rumah-rumah tertentu, tempat ibadah
tertentu, goa-goa dan lain sebagainya, yang merupakan tempat tinggal mereka.
Semua ini juga ikut berputar
mengikuti rotasi bumi. Alam-alam dewa Yama, Tusita, Nimmanarati. Parinimmittavasavati
serta alam Brahma tidak berkaitan secara langsung dengan bumi sehingga
kemungkinan tidak ikut ber-rotasi, tetapi karena di dalam salah satu sutta
dikatakan bahwa setiap tatasurya memiliki 31 alam kehidupannya masing-masing,
dan kita ketahui dalam Astronomi bahwa setiap tatasurya selalu berputar
mengelilingi pusat Galaksi, maka kemungkinan besar ke 31 alam juga ikut
bergerak mengikuti perputaran Galaksi.
Galileo Gallilei setelah mengaku bersalah dihadapan dewan
agama ketika bangkit berbisik “Eppur si muove” Ia tetap bergerak
(maksudnya bumi). Galileo mungkin belum pernah mendapatkan kesempatan membaca
Tipitaka, bila ia pernah membaca Tipitaka mungkin ia akan mengatakan bahwa ternyata
surga juga ikut bergerak. Kehidupan termasuk alam dewa brahma juga ikut
berputar mengelilingi pusat Galaksi, dan bila benar galaksi Bimasakti bergerak
ke arah konstelasi Leo, maka surga dan alam Brahma juga bergerak bersama dengan
Galaksi Bimasakti ke arah konstelasi Leo dengan kecepatan tinggi.
No comments:
Post a Comment