TIGA CARA
KEHANCURAN
DITINJAU
DARI ASTRONOMI
Gravitasi pusat galaksi yang menarik tata-surya semakin mendekat
satu sama lain, apabila dua tata-surya terlalu dekat satu sama lain, maka
gravitasi kedua tata-surya itu akan saling tarik-menarik dan akhirnya
menyebabkan kedua matahari itu saling mengorbit, sesuai dengan hukum Newton
mengenai gaya tarik-menarik antara dua massa (hukum gravitasi universal), atau
teori relativitas umum dari Einstein, dan terbentuklah sistem biner. Setelah
semua tata-surya terlalu berdekatan satu sama lainnya maka panas yang
ditimbulkannya amat luar biasa dan mengakibatkan semua materi yang berada di
seluruh galaksi terbakar termasuk gas dan debu yang mengisi seluruh celah dan
ruang yang berada di galaksi, kemungkinan kebakaran ini juga meluas sampai ke
corona galaksi (corona galaksi yaitu bagian terluar yang membungkus galaksi dan
tidak nampak oleh mata), sehingga dari jauh nampak seperti Ellips, oleh karena
itu disebut Ellips Galaxy, galaksi yang terbesar dan galaksi yang terkecil
adalah ellips galaksi yang memperlihatkan
fase-fase dalam pembakaran galaksi (galaksi ellips tidak memiliki gas dan debu
yang merupakan materi pembentuk tatasurya, oleh karena itu para ahli
menyimpulkan bahwa fase terbentuknya galaksi telah lama berlalu).
Analogi ahli Astronomi adalah bagaikan memasuki sebuah hutan dan
melihat banyak tumbuhan dalam berbagai fase, ada rontokan ranting, rontokan
daun, atau bunga dan mungkin juga buah bila sedang musim, dari patahan ranting
tersebut bisa diukur berapa umur ranting tersebut, berasal darimana ranting
tersebut, dan bahkan kita bisa menghitung umur pohon induknya, bila sudah
tumbang (yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah cincin pertumbuhan). Demikian
juga galaksi, ada fase baru terbentuk, berkembang sempurna dan hancur kembali.
Dalam Abhidhammatha sangaha disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
unsur api, angin, air dan tanah yaitu:
a)
Unsur api
juga berarti unsur temperatur, yang berarti bahwa panas dan dingin juga termasuk unsur api.
b) Unsur angin juga berarti unsur gerak, getaran, juga termasuk unsur
tekanan, bila dijabarkan secara fisika adalah juga berarti unsur gaya.
c)
Unsur air
berarti unsur kohesi (sifat mengikat) jadi segala sesuatu yang bersifat kohesi
atau adhesi adalah termasuk unsur air.
d) Unsur tanah berarti unsur padat atau juga berarti sifat
pengembangan, keras dan lembut juga termasuk unsur tanah.
Disebutkan dalam Visuddhi Magga bahwa pada kehancuran karena angin
maka Himalaya bertumbukan dengan Himalaya dan seterusnya... Yang dimaksud
disini adalah dua buah Himalaya yang berbeda, dan saling bertumbukan dan karena
di tata-surya kita hanya ada 1 buah Himalaya, maka pasti yang memenuhi syarat
adalah Himalaya yang berasal dari luar tata-surya kita, dengan kata lain
kemungkinan dua buah planet seperti bumi saling bertumbukan dan akan
mengakibatkan kchancuran yang luar biasa dahsyat, apalagi bila ditambah dengan
dua buah matahari yang saling bertumbukan, sulit dibayangkan akibatnya,
untunglah hal ini hanya terjadi hanya sekali setiap 64 kali kehancuran.
Dalam Ananda Vagga bagian Tika Nipata yang ada dalam Anguttara
Nikaya bahwa setiap tata-surya memiliki 31 alamnya masing-masing, termasuk bumi
sendiri, matahari sendiri dan sebagainya Untuk mencari padanan bentuk
kehancuran karena angin maka kita harus mencari fenomena yang lebih sedikit
nampak di alam semesta, yaitu fenomena dua buah galaksi yang saling
bertumbukan, contohnya yaitu galaksi yang dikenal dengan kode NGC 4038 dan NGC
4039 yang lebih dikenal dengan sebutan the Antennae atau juga NGC2326, masih
ada lagi contoh tumbukan galaksi, yang nampak dalam beberapa fase, contoh lain
yang terkenal adalah NGC4676 A dan B yang lebih dikenal dengan sebutan “The
Mice” ( si tikus). Bila dua buah Galaksi bertumbukan maka bintang-bintang dari
kedua Galaksi akan saling lewat dan berinteraksi, interaksi gravitasi dari
kedua Galaksi bisa menghasilkan pemandangan yang spektakuler, tumbukan yang
terjadi akan melempar banyak bintang ke ruang antar galaksi, dengan membentuk
arus melengkung, sebagai-mana yang ditunjukkan de-ngan simulasi komputer oleh
Alan Toomre dari Joint institute for Laboratory of Astrophysics di Colorado,
simulasi tersebut secara dramatis.
Bandingkan
dengan cuplikan Visuddhi Magga berikut ini, “Akhirnya angin muncul dari dalam
bumi, dan membalikkan bumi, melemparnya ke angkasa, bumi terpecah menjadi
fragmen berukuran seratus yojana, berukuran dua, tiga, empat, lima ratus
yojana, semua ini juga terlempar ke angkasa dan lenyap. Gunung-gunung di
tatasurya, dan gunung Sineru tercungkil dan terlempar ke angkasa, dimana mereka
saling bertumbukan sampai hancur berkeping-keping dan lenyap, dengan cara ini
angin menghancurkan istana para dewa yang dibangun di Bumi (di Gunung Sineru)
dan yang dibangun di Angkasa, angin juga menghancurkaan keenam alam dewa Sugati
dan menghancurkan seratus milyar tata-surya, kemudian tata-surya bertumbukan
dengan tata-surya, gunung Himalaya dengan gunung Himalaya, Sineru dengan
Sineru, sampai hancur berkeping-keping dan musnah”. Dari cuplikan diatas
indikasinya jelas kelihatan bahwa yang dimaksud dengan kehancuran karena angin
(tata-surya bertumbukan dengan tata-surya) adalah disebabkan tumbukan antar
galaksi. Apakah yang menyebabkan dua galaksi ber-tumbukan? Sebenarnya setiap
galaksi yang berada di alam semesta berkelompok, kelompok galaksi yang kecil
disebut gugus (cluster), dan gugus- gugus yang ada membentuk kelompok
galaksi yang lebih besar lagi yang disebut super cluster. Setiap galaksi
yang berada pada suatu gugus akan terus berada di dalam sistem karena tertahan
oleh gravitasi pusat massa gugus galaksi, dan ketika bergerak secara acak di
dalam sistem, suatu ketika dua galaksi bertemu dan bertumbukan, inilah penyebab
“pertemuan” antar galaksi.
Penyebab ketiga dari kehancuran adalah karena air, bagaimana
mencari padanan peristiwa serupa di alam semesta nampaknya agak sulit, karena
tidak seperti api yang menyebabkan cahaya bertambah terang, atau karena angin
(gerak) yang dapat dilihat disebabkan oleh adanya dua objek yang saling
mendekat, maka kehancuran karena air jauh lebih sulit dideteksi mengingat sifat
air yang tidak memancarkan sinar dan akibatnya akan menyebabkan cahaya dari
sebuah galaksi malah mungkin semakin meredup, dan ini membuat usaha untuk
mencari padanan peristiwa serupa di alam semesta menjadi lebih sulit, sebab kita tidak
dapat melihat proses detail yang terjadi di alam semesta.
No comments:
Post a Comment