Thursday, April 30, 2015

Tiga Cara Kehancuran Bumi (Astronomi & Buddhism)

TIGA CARA KEHANCURAN
DITINJAU DARI ASTRONOMI

Gravitasi pusat galaksi yang menarik tata-surya semakin mendekat satu sama lain, apabila dua tata-surya terlalu dekat satu sama lain, maka gravitasi kedua tata-surya itu akan saling tarik-menarik dan akhirnya menyebabkan kedua matahari itu saling mengorbit, sesuai dengan hukum Newton mengenai gaya tarik-menarik antara dua massa (hukum gravitasi universal), atau teori relativitas umum dari Einstein, dan terbentuklah sistem biner. Setelah semua tata-surya terlalu berdekatan satu sama lainnya maka panas yang ditimbulkannya amat luar biasa dan mengakibatkan semua materi yang berada di seluruh galaksi terbakar termasuk gas dan debu yang mengisi seluruh celah dan ruang yang berada di galaksi, kemungkinan kebakaran ini juga meluas sampai ke corona galaksi (corona galaksi yaitu bagian terluar yang membungkus galaksi dan tidak nampak oleh mata), sehingga dari jauh nampak seperti Ellips, oleh karena itu disebut Ellips Galaxy, galaksi yang terbesar dan galaksi yang terkecil adalah ellips galaksi yang memperlihatkan fase-fase dalam pembakaran galaksi (galaksi ellips tidak memiliki gas dan debu yang merupakan materi pembentuk tatasurya, oleh karena itu para ahli menyimpulkan bahwa fase terbentuknya galaksi telah lama berlalu).
Analogi ahli Astronomi adalah bagaikan memasuki sebuah hutan dan melihat banyak tumbuhan dalam berbagai fase, ada rontokan ranting, rontokan daun, atau bunga dan mungkin juga buah bila sedang musim, dari patahan ranting tersebut bisa diukur berapa umur ranting tersebut, berasal darimana ranting tersebut, dan bahkan kita bisa menghitung umur pohon induknya, bila sudah tumbang (yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah cincin pertumbuhan). Demikian juga galaksi, ada fase baru terbentuk, berkembang sempurna dan hancur kembali.
Dalam Abhidhammatha sangaha disebutkan bahwa yang dimaksud dengan unsur api, angin, air dan tanah yaitu:
a)      Unsur api juga berarti unsur temperatur, yang berarti bahwa panas dan dingin juga termasuk unsur api.
b)     Unsur angin juga berarti unsur gerak, getaran, juga termasuk unsur tekanan, bila dijabarkan secara fisika adalah juga berarti unsur gaya.
c)      Unsur air berarti unsur kohesi (sifat mengikat) jadi segala sesuatu yang bersifat kohesi atau adhesi adalah termasuk unsur air.
d)     Unsur tanah berarti unsur padat atau juga berarti sifat pengembangan, keras dan lembut juga termasuk unsur tanah.
Disebutkan dalam Visuddhi Magga bahwa pada kehancuran karena angin maka Himalaya bertumbukan dengan Himalaya dan seterusnya... Yang dimaksud disini adalah dua buah Himalaya yang berbeda, dan saling bertumbukan dan karena di tata-surya kita hanya ada 1 buah Himalaya, maka pasti yang memenuhi syarat adalah Himalaya yang berasal dari luar tata-surya kita, dengan kata lain kemungkinan dua buah planet seperti bumi saling bertumbukan dan akan mengakibatkan kchancuran yang luar biasa dahsyat, apalagi bila ditambah dengan dua buah matahari yang saling bertumbukan, sulit dibayangkan akibatnya, untunglah hal ini hanya terjadi hanya sekali setiap 64 kali kehancuran.
Dalam Ananda Vagga bagian Tika Nipata yang ada dalam Anguttara Nikaya bahwa setiap tata-surya memiliki 31 alamnya masing-masing, termasuk bumi sendiri, matahari sendiri dan sebagainya Untuk mencari padanan bentuk kehancuran karena angin maka kita harus mencari fenomena yang lebih sedikit nampak di alam semesta, yaitu fenomena dua buah galaksi yang saling bertumbukan, contohnya yaitu galaksi yang dikenal dengan kode NGC 4038 dan NGC 4039 yang lebih dikenal dengan sebutan the Antennae atau juga NGC2326, masih ada lagi contoh tumbukan galaksi, yang nampak dalam beberapa fase, contoh lain yang terkenal adalah NGC4676 A dan B yang lebih dikenal dengan sebutan “The Mice” ( si tikus). Bila dua buah Galaksi bertumbukan maka bintang-bintang dari kedua Galaksi akan saling lewat dan berinteraksi, interaksi gravitasi dari kedua Galaksi bisa menghasilkan pemandangan yang spektakuler, tumbukan yang terjadi akan melempar banyak bintang ke ruang antar galaksi, dengan membentuk arus melengkung, sebagai-mana yang ditunjukkan de-ngan simulasi komputer oleh Alan Toomre dari Joint institute for Laboratory of Astrophysics di Colorado, simulasi tersebut secara dramatis.
Bandingkan dengan cuplikan Visuddhi Magga berikut ini, “Akhirnya angin muncul dari dalam bumi, dan membalikkan bumi, melemparnya ke angkasa, bumi terpecah menjadi fragmen berukuran seratus yojana, berukuran dua, tiga, empat, lima ratus yojana, semua ini juga terlempar ke angkasa dan lenyap. Gunung-gunung di tatasurya, dan gunung Sineru tercungkil dan terlempar ke angkasa, dimana mereka saling bertumbukan sampai hancur berkeping-keping dan lenyap, dengan cara ini angin menghancurkan istana para dewa yang dibangun di Bumi (di Gunung Sineru) dan yang dibangun di Angkasa, angin juga menghancurkaan keenam alam dewa Sugati dan menghancurkan seratus milyar tata-surya, kemudian tata-surya bertumbukan dengan tata-surya, gunung Himalaya dengan gunung Himalaya, Sineru dengan Sineru, sampai hancur berkeping-keping dan musnah”. Dari cuplikan diatas indikasinya jelas kelihatan bahwa yang dimaksud dengan kehancuran karena angin (tata-surya bertumbukan dengan tata-surya) adalah disebabkan tumbukan antar galaksi. Apakah yang menyebabkan dua galaksi ber-tumbukan? Sebenarnya setiap galaksi yang berada di alam semesta berkelompok, kelompok galaksi yang kecil disebut gugus (cluster), dan gugus- gugus yang ada membentuk kelompok galaksi yang lebih besar lagi yang disebut super cluster. Setiap galaksi yang berada pada suatu gugus akan terus berada di dalam sistem karena tertahan oleh gravitasi pusat massa gugus galaksi, dan ketika bergerak secara acak di dalam sistem, suatu ketika dua galaksi bertemu dan bertumbukan, inilah penyebab “pertemuan” antar galaksi.

Penyebab ketiga dari kehancuran adalah karena air, bagaimana mencari padanan peristiwa serupa di alam semesta nampaknya agak sulit, karena tidak seperti api yang menyebabkan cahaya bertambah terang, atau karena angin (gerak) yang dapat dilihat disebabkan oleh adanya dua objek yang saling mendekat, maka kehancuran karena air jauh lebih sulit dideteksi mengingat sifat air yang tidak memancarkan sinar dan akibatnya akan menyebabkan cahaya dari sebuah galaksi malah mungkin semakin meredup, dan ini membuat usaha untuk mencari padanan peristiwa serupa di alam semesta menjadi lebih sulit, sebab kita tidak dapat melihat proses detail yang terjadi di alam semesta.

No comments:

Post a Comment