Thursday, April 30, 2015

Asal-usul galaxy dan usia alam semesta dalam pandangan agama Buddha

ASAL-USUL GALAXY
(PROSES PEMBENTUKANNYA)

Gambaran orang jaman dahulu didominasi oleh pemikiran bahwa dunia ini datar, matahari adalah objek penerang bumi, demikian juga bulan dan bintang, sedangkan langit berbentuk kubah dan sewaktu-waktu hujan turun dari langit bila langit bocor karena diluar langit ada air. Ini adalah pemikiran “mainstream” yang umum dianut oleh umat manusia karena keterbatasan teknologi observasi pada masa itu, sebelum muncul pemikiran heliosentris dari Copernicus, gereja mengadopsi pemikiran geosentris dari Ptolomeus, yang menganggap bumi ini merupakan pusat alam semesta”.
`Waktu Galileo Galilei membenarkan pendapat Copernicus, ia menghadapi tantangan yang selalu terjadi pada manusia bila dihadapkan pada “kebenaran”, yaitu menolak dan menentang mati-matian bila mereka telah melekat pada pandangan salah. Setelah penemuan-penemuan teleskop yang lebih canggih maka ungkapan itu sebaiknya ditambah dengan ungkapan yang lain, yaitu bumi tempat kita berdomisili dibandingkaan dengan alam semesta adalah bagaikan sebutir pasir di gurun. Memang benar hanya dalam sekejap, setelah dipasang teleskop yang lebih canggih dengan diameter yang lebih besar, maka resolusi gambar yang dihasilkan lebih tajam dan jarak kemampuan observasi kita bertambah berkali-kali lipat.
Satu detik sinar dapat mengelilingi bumi kira-kira delapan kali (keliling bumi 40.000 km)  dan kecepatan cahaya adalah 300.000 km perdetik. Jarak bumi ke Matahari hanya 9 menit cahaya, jarak matahari ke planet pluto adalah 5,5 jam cahaya, diameter galaksi Bimasakti adalah seratus ribu tahun cahaya. Jarak benda terjauh dari bumi yang dapat terdeteksi adalah milyaran tahun cahaya, itu berarti cahaya yang kita terima adalah gambaran kejadian milyaran tahun yang lalu, jauh sebelum munculnya “manusia pertama”.
Bahkan cahaya yang berasal dari ujung Galaksi Bimasakti-pun sudah lebih tua umurnya daripada “manusia pertama”. Dahulu orang Eropa mempercayai (berdasarkan kitab suci mereka) dunia ini terbentuk hampir bersamaan dengan manusia pertama dan diperkirakan bahwa alam semesta baru berumur 6000 tahun. Ketika mereka mengetahui bahwa perkiraan mereka salah, maka mereka mengubah perkiraan mereka dan mengatakan bahwa bumi (juga termasuk alam semesta) telah muncul 20 juta tahun yang lalu, namun kemudian pandangan ini berubah lagi menjadi 100 juta tahun, terus berubah melalui tingkat-tingkat hingga menjadi 6000 juta tahun yang lalu. Argumentasi ini hanya menggambarkan spekulasi yang berubah-ubah, yang menggambarkan ketidak-tahuan, tidak lebih.
Bila jarak bumi dengan benda terjauh yang dapat teramati adalah milyaran tahun dan jarak itu dapat dianggap sebagai jari-jari alam semesta maka dapat diketahui volume alam semesta, yaitu 3,14 x Jari-jari x Jari-jari. Dapat anda bayangkan betapa besar dan luasnya alam semesta ini. Bumi kita beserta matahari dan planet-planetnya hanya merupakan satu tatasurya di antara seratus milyar tatasurya yang berada di Galaksi Bimasakti. Ada bermilyar-milyar galaksi di seluruh alam semesta hanya belum semuanya, karena perhitungan di atas hanya berlaku untuk alam semesta yang teramati sesuai dengan teknologi yang ada sekarang ini. Karena sebenarnya alam semesta jauh lebih luas dari itu, hal ini dapat kita baca dari kutipan Rohitassa Sutta (Anguttara Nikaya 11, 45-46) berikut ini.
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di hutan Jeta di taman Anathapindika. Kemudian Rohitassa, sesosok dewa, ketika malam menjelang pagi datang, dan dengan kemilau cahayanya menerangi seluruh hutan Jeta datang menemui sang Bhagava, setelah sujud memberi hormat berdiri pada satu sisi. Sewaktu berdiri demikian dewa Rohitassa bertanya kepada Sang Bhagava: “Mohon Sang Bhagava menerangkan. apakah mungkin bagi kita, untuk pergi, untuk melihat, untuk mencapai ujung dunia, dimana tiada lagi mahluk yang terlahir, atau menjadi tua, tiada lagi kejatuhan dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain”. “Yang mulia, saya menyatakan bahwa tidak ada ujung dari dunia, yang bisa dicapai atau dilihat, dimana tiada lagi mahluk-mahluk yang hidup kekal, tidak bertambah tua, tiada lagi kematian, tiada lagi kejatuhan dari alam yang satu ke alam yang lain.” “Luarbiasa Sang Bhagava! Mengagumkan Sang Bhagava, dengan jelas diuraikan oleh Sang Bhagava: Tidak ada ujung dari dunia, yang bisa dicapai atau dilihat, dimana tiada lagi mahluk-mahluk yang hidup tidak kekal, tidak bertambah tua, tiada lagi kematian, tiada lagi kejatuhan dari alam yang satu ke alam yang lain!” Jadi dengan jelas Sang Bhagava pun juga menggambarkan secara samar bahwa alam semesta ini sangat luas dan tiada ujung dunia yang tidak diliputi oleh kelahiran dan kematian. Milyaran galaksi yang tampak di alam semesta ini hanya merupakan 1(satu) persen dari jumlah seluruh materi yang teramati di alam semesta. Berapa banyakkah jumlah materi yang ada di seluruh alam semesta, yang teramati ditambah yang tidak teramati adalah tidak begitu jelas.
Alam semesta yang teramati pada proses fusi nuklir di Matahari (yaitu penggabungan dua buah atom hidrogen menjadi sebuah atom helium) dalam prosesnya membentuk unsur atom helium yang lebih besar, memancarkan energi dalam bentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan pada proses fusi nuklir ini akan dipancarkan tak terhingga jauhnya, hingga keluar dari batas jangkauan pengamatan kita dalam berbagai bentuk, diantaranya sebagai sinar kosmis. 50 Sebaliknya alam semesta kita akan menangkap kembali energi yang dipancarkan dari alam semesta yang berada diluar jangkauan pengamatan kita. Yang dimaksud batas jangkauan pengamatan kita adalah, batas jangkauan teleskop yang paling canggih saat ini. Energi yang berasal dari luar jangkauan membentuk ikatan atom kembali sehingga hukum kekekalan energi tetap berlangsung. Hal inilah yang terjadi pada masa setelah kehancuran Galaksi. Dikatakan bahwa setelah terjadi akhir kappa (kiamat parsial/ kehancuran Galaksi) maka tidak ada bentuk yang tersisa padat maupun cair, semua berubah bentuk menjadi ion-ion dan gas (ion adalah unsur atau molekul yang bermuatan listrik). Kemusnahan Galaksi yang dimaksud disini adalah bagai musnahnya alkohol atau minyak yang terbakar tanpa meninggalkan jelaga sama sekali. Jelas kita ketahui bahwa kemusnahan seperti itu sebenarnya hanya perubahan bentuk fisik, minyak itu terurai kembali menjadi karbon dioksida, uap air dan sebagainya, lalu kembali mengumpul dan terbentuk.
Menurut teori tradisional galaxy memulai bentuknya sebagai gas yang berbentuk awan bulat dimana bintang dan gugus bintang (titik-titik) terbentuk. Ketika awan gas yang berputar merapat menjadi cakram, bintang-bintang Halo tertinggal sebagai fossil galaxy.
Sedangkan pada kehancuran diakhir Kappa, kehancuran yang terjadi sangat dahsyat, sehingga alam dewa dan Brahma tingkat rendahpun ikut hancur. Setelah semuanya habis terbakar maka gas-gas dan ion-ion sisa pembakaran pada gilirannya akan berubah menjadi perangkap sinar. Luas areal gas sisa pembakaran galaksi ini bisa mencapai radius jutaan tahun cahaya (lihat gbr 5.2). Bandingkan dengan diameter galaksi yang kurang lebih seratus ribu tahun cahaya. Oleh karena sinar yang masuk terperangkap maka sebagai akibatnya tentu saja daerah yang berada di sekitar pusat gas yang merupakan sisa kehancuran Galaksi nampak sangat gelap, hal ini sesuai dengan yang dikatakan dalam Visuddhi Magga. Sekarang pada tahap ini angkasa yang diatas bersatu dengan angkasa yang dibawah dalam kegelapan mencekam yang luas.
Pada umumnya sifat benda-benda yang gelap cenderung menyerap sinar, maka sisa-sisa Galaksi yang telah berubah bentuk menjadi Ion dan gas akan kembali menyerap sinar yang dipancarkan oleh objek-objek lain yang berada di alam semesta sehingga energi yang telah dipancarkan oleh galaksi kita akan diserap oleh galaksi-galaksi lain dan demikian juga sebaliknya. mengikat dan membentuk massa yang bertambah lama bertambah besar karena gravitasi antara dua buah massa yang cenderung saling tarik-menarik (atom-atom dan molekul juga merupakan massa, bahkan termasuk neutron, elektron, quark dan sebagainya).
Setelah selang waktu yang sangat lama sekali maka massa yang bertambah besar tersebut dengan bantuan energi yang terperangkap membentuk ikatan yang bertambah lama bertambah besar dan akhirnya berubah menjadi kabut. Dalam Astronomi kabut ini disebut Nebula yang merupakan cikal-bakal pembentuk tatasurya. Pada fase ini kabut Nebula belum memancarkan sinar. tetapi telah mulai memancarkan gelombang elektromagnetik (gelombang radio). Untuk melacak keberadaan Galaksi yang tidak memancarkan gelombang cahaya, tetapi memancarkan gelombang radio bisa di lihat dengan teleskop radio, contohnya seperti yang ada di Mt. Antero yang terletak di Puerto Rico. Teleskop ini dapat anda lihat di film spionase James Bond yang berjudul Golden eye. (Pernahkah anda menyaksikan film James Bond yang berjudul Golden Eye? Parabola raksasa statis yang anda saksikan di film tersebut adalah teleskop radio raksasa terbesar di dunia berdiameter 300 meter) Atau bisa juga anda lihat dengan bantuan VLA (Very large array) telescope yang terletak di dekat Socorro negara bagian New Mexico di Amerika serikat. Anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke Amerika Serikat, cukup pergi ke bioskop nonton film “Contact” yang dibintangi oleh peraih piala oscar Jodie Foster, yang nampak seperti antenna parabola berderet banyak sekali sebenarnya adalah deretan teleskop radio yang menggunakan tehnik interferometri.
Sehubungan dengan Nebula ini, dalam Visuddhi Magga disebutkan bahwa setelah terjadi kegelapan yang lama sekali maka muncullah “awan yang sangat besar”, pada mulanya hujan pelan-pelan, kemudian hujan rintik-rintik yang lebih besar, seperti tangkai teratai, bagai pipa, bagai antan, bagai dahan pohon palem dan bertambah lama bertambah besar serta menyirami tempat yang telah terbakar pada seratus milyar tata-surya, sehingga lenyap (bekas kebakarannya). Pengertian menyirami seratus milyar Tata-surya di sini harus dimengerti bukan berarti seperti menyirami air di ladang, tetapi maksud Visuddhi Magga adalah karena semua keadaan ini dilihat oleh ingatan akan kelahiran yang lampau maka nampaknya seolah-olah hujan, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah partikel-partikel kabut ini oleh karena kohesi bergabung menjadi partikel yang lebih besar dan mulai membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar, seperti kondensasi yang terjadi pada uap air, schingga massa materi yang lebih kecil ditarik ke arah massa yang lebih besar.
Anggaplah di bekas tatasurya kita sudah terbentuk kelompok massa yang lebih besar daripada yang lainnya. Massa yang lebih kecil yang ada di sekitamya oleh karena gaya gravitasi akan tertarik oleh massa yang lebih besar ini, sehingga bila kita berada pada massa yang lebih besar ini, massa-massa kecil yang tertarik akan nampak bagaikan hujan, oleh karena semua ini dilihat dengan kemampuan melihat massa yang lampau maka seperti itulah nampaknya yang terjadi. Para ahli Astronomi pada fase ini tidak mengerti mengapa awan debu dan gas antar bintang ini collapse dan membentuk bintang, karena awan-awan ini dingin dan kerapatan molekulnya rendah (kurang lebih satu atom per cm³).
Tetapi komentar pada Visuddhi Magga dengan tepat mengatakan bahwa terjadi kondensasi sehingga hujan. (penulis lebih cenderung beranggapan bahwa keadaan yang sangat dingin mencegah kondensasi, setelah lama berlalu, bekas galaksi lebih hangat, sehingga uapnya terkondensasi) Lebih lanjut Visuddhi Magga menguraikan bahwa setelah air hujan mencapai alam Visuddhi Magga tidak menyatakan bahwa bumi kita bulat karena belum dapat diterima pada jaman itu, tetapi dengan perumpamaan air di daun teratai tersebut di atas maka jelaslah bahwa secara tidak langsung Visuddhi Magga menyatakan bahwa bumi kita dan planet-planet yang berada di tata-surya bentuknya bulat. Bandingkan dengan dengan teori yang dianut oleh para astronom. Jadi pernah dalam suatu masa bumi, bulan, planet-planet yang lain berada dalam keadaan cair. Disebutkan dalam Maha Parinibbana Sutta bahwa yang berada di dalam bumi adalah benda yang bersifat cair. Ini menyatakan bahwa hanya kerak bumi yang padat, sedangkan di bawah lapisan kerak bumi bersifat cair memang cairan magma dari dalam bumi merupakan campuran dari unsur besi, belerang, oksigen dll.
Dari uraian di atas kita telah mengetahui cara terbentuknya bumi dan galaksi tempat kita dilahirkan lantas pertanyaan lain timbul, kapan itu terjadi? Dalam Abhidhamma Pitaka dan dalam Sutta Pitaka disebutkan bahwa lamanya umur suatu masa diukur dengan Kappa. Ada tiga macam kappa, yaitu Maha kappa, Asankheyya kappa dan Antara kappa. Lamanya satu maha Kappa lebih dari satu mil kubik biji mustard (latin: Brasicca) yang diambil sebiji setiap 100 tahun.
Hanya untuk menyegarkan ingatan anda kembali, sudah dikatakan sebelumnya bahwa Satu maha kappa terdiri dari empat asankheyya kappa, sedangkan satu asankheyya kappa terdiri dari 20 antara kappa. Antara kappa adalah lamanya waktu yang diperlukan dalam evolusi manusia dari umur rata-rata manusia 10 tahun, naik hingga tak terhitung, lalu turun lagi hingga umur manusia menjadi rata-rata 10 tahun. Berapakah usia alam semesta menurut Buddhis? usia alam semesta menurut Buddhis berada diluar jangkauan persepsi manusia awam dan bila terus dipikirkan dapat membuat manusia gila (acinteyya).



1 comment:

  1. 888sport Casino: £10 No Deposit Bonus Code - JTM Hub
    888Sport Casino 세종특별자치 출장샵 Bonus Code 안양 출장샵 – 888Sport No Deposit Bonus Code | Exclusive £10 Free Bet | 창원 출장마사지 Make a First Deposit 광주광역 출장안마 Match up to Get £10 Free Bet | £20 Deposit Bonus | Claim Now! 통영 출장마사지

    ReplyDelete