ASAL-USUL GALAXY
(PROSES PEMBENTUKANNYA)
Gambaran orang jaman dahulu didominasi oleh pemikiran
bahwa dunia ini datar, matahari adalah objek penerang bumi, demikian juga bulan
dan bintang, sedangkan langit berbentuk kubah dan sewaktu-waktu hujan turun
dari langit bila langit bocor karena diluar langit ada air. Ini adalah
pemikiran “mainstream” yang umum dianut oleh umat manusia karena keterbatasan
teknologi observasi pada masa itu, sebelum muncul pemikiran heliosentris dari
Copernicus, gereja mengadopsi pemikiran geosentris dari Ptolomeus, yang
menganggap bumi ini merupakan pusat alam semesta”.
`Waktu Galileo Galilei membenarkan pendapat Copernicus,
ia menghadapi tantangan yang selalu terjadi pada manusia bila dihadapkan pada
“kebenaran”, yaitu menolak dan menentang mati-matian bila mereka telah melekat
pada pandangan salah. Setelah penemuan-penemuan teleskop yang lebih canggih
maka ungkapan itu sebaiknya ditambah dengan ungkapan yang lain, yaitu bumi
tempat kita berdomisili dibandingkaan dengan alam semesta adalah bagaikan
sebutir pasir di gurun. Memang benar hanya dalam sekejap, setelah dipasang
teleskop yang lebih canggih dengan diameter yang lebih besar, maka resolusi
gambar yang dihasilkan lebih tajam dan jarak kemampuan observasi kita bertambah
berkali-kali lipat.
Satu
detik sinar dapat mengelilingi bumi kira-kira delapan kali (keliling bumi
40.000 km) dan kecepatan cahaya
adalah 300.000 km perdetik. Jarak bumi ke Matahari hanya 9 menit cahaya, jarak
matahari ke planet pluto adalah 5,5 jam cahaya, diameter galaksi Bimasakti
adalah seratus ribu tahun cahaya. Jarak benda terjauh dari bumi yang dapat
terdeteksi adalah milyaran tahun cahaya, itu berarti cahaya yang kita terima
adalah gambaran kejadian milyaran tahun yang lalu, jauh sebelum munculnya
“manusia pertama”.
Bahkan cahaya yang berasal dari ujung Galaksi
Bimasakti-pun sudah lebih tua umurnya daripada “manusia pertama”. Dahulu orang
Eropa mempercayai (berdasarkan kitab suci mereka) dunia ini terbentuk hampir
bersamaan dengan manusia pertama dan diperkirakan bahwa alam semesta baru
berumur 6000 tahun. Ketika mereka mengetahui bahwa perkiraan mereka salah, maka
mereka mengubah perkiraan mereka dan mengatakan bahwa bumi (juga termasuk alam
semesta) telah muncul 20 juta tahun yang lalu, namun kemudian pandangan ini
berubah lagi menjadi 100 juta tahun, terus berubah melalui tingkat-tingkat
hingga menjadi 6000 juta tahun yang lalu. Argumentasi ini hanya menggambarkan
spekulasi yang berubah-ubah, yang menggambarkan ketidak-tahuan, tidak lebih.
Bila jarak bumi dengan benda terjauh yang dapat teramati
adalah milyaran tahun dan jarak itu dapat dianggap sebagai jari-jari alam
semesta maka dapat diketahui volume alam semesta, yaitu 3,14 x Jari-jari x
Jari-jari. Dapat anda bayangkan betapa besar dan luasnya alam semesta ini. Bumi
kita beserta matahari dan planet-planetnya hanya merupakan satu tatasurya di
antara seratus milyar tatasurya yang berada di Galaksi Bimasakti. Ada
bermilyar-milyar galaksi di seluruh alam semesta hanya belum semuanya, karena
perhitungan di atas hanya berlaku untuk alam semesta yang teramati sesuai
dengan teknologi yang ada sekarang ini. Karena sebenarnya alam semesta jauh
lebih luas dari itu, hal ini dapat kita baca dari kutipan Rohitassa Sutta
(Anguttara Nikaya 11, 45-46) berikut ini.
Pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di hutan Jeta di
taman Anathapindika. Kemudian Rohitassa, sesosok dewa, ketika malam menjelang
pagi datang, dan dengan kemilau cahayanya menerangi seluruh hutan Jeta datang
menemui sang Bhagava, setelah sujud memberi hormat berdiri pada satu sisi.
Sewaktu berdiri demikian dewa Rohitassa bertanya kepada Sang Bhagava: “Mohon
Sang Bhagava menerangkan. apakah mungkin bagi kita, untuk pergi, untuk melihat,
untuk mencapai ujung dunia, dimana tiada lagi mahluk yang terlahir, atau
menjadi tua, tiada lagi kejatuhan dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain”. “Yang
mulia, saya menyatakan bahwa tidak ada ujung dari dunia, yang bisa dicapai atau
dilihat, dimana tiada lagi mahluk-mahluk yang hidup kekal, tidak bertambah tua,
tiada lagi kematian, tiada lagi kejatuhan dari alam yang satu ke alam yang
lain.” “Luarbiasa Sang Bhagava! Mengagumkan Sang Bhagava, dengan jelas
diuraikan oleh Sang Bhagava: Tidak ada ujung dari dunia, yang bisa dicapai atau
dilihat, dimana tiada lagi mahluk-mahluk yang hidup tidak kekal, tidak
bertambah tua, tiada lagi kematian, tiada lagi kejatuhan dari alam yang satu ke
alam yang lain!” Jadi dengan jelas Sang Bhagava pun juga menggambarkan secara
samar bahwa alam semesta ini sangat luas dan tiada ujung dunia yang
tidak diliputi oleh kelahiran dan kematian. Milyaran galaksi yang tampak di alam semesta ini hanya merupakan
1(satu) persen dari jumlah seluruh materi yang teramati di alam semesta. Berapa
banyakkah jumlah materi yang ada di seluruh alam semesta, yang teramati ditambah yang tidak teramati adalah
tidak begitu jelas.
Alam semesta yang teramati pada proses fusi nuklir di
Matahari (yaitu penggabungan dua buah atom hidrogen menjadi sebuah atom helium)
dalam prosesnya membentuk unsur atom helium yang lebih besar, memancarkan
energi dalam bentuk sinar dan
gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan pada proses fusi nuklir ini
akan dipancarkan tak terhingga jauhnya, hingga keluar dari batas jangkauan
pengamatan kita dalam berbagai bentuk, diantaranya sebagai sinar kosmis. 50
Sebaliknya alam semesta kita akan menangkap kembali
energi yang dipancarkan dari alam semesta yang berada diluar jangkauan
pengamatan kita. Yang dimaksud batas jangkauan pengamatan kita adalah, batas
jangkauan teleskop yang paling canggih saat ini. Energi yang berasal dari luar
jangkauan membentuk ikatan atom kembali sehingga hukum kekekalan energi tetap
berlangsung. Hal inilah yang terjadi pada masa setelah kehancuran Galaksi.
Dikatakan bahwa setelah terjadi akhir kappa (kiamat parsial/ kehancuran
Galaksi) maka tidak ada bentuk yang tersisa padat maupun cair, semua berubah
bentuk menjadi ion-ion dan gas (ion adalah unsur atau molekul yang bermuatan
listrik). Kemusnahan Galaksi yang dimaksud disini adalah bagai musnahnya
alkohol atau minyak yang terbakar tanpa meninggalkan jelaga sama sekali. Jelas
kita ketahui bahwa kemusnahan seperti itu sebenarnya hanya perubahan bentuk
fisik, minyak itu terurai kembali menjadi karbon dioksida, uap air dan
sebagainya, lalu kembali mengumpul dan terbentuk.
Menurut teori tradisional galaxy memulai bentuknya sebagai gas
yang berbentuk awan bulat dimana bintang dan gugus bintang (titik-titik)
terbentuk. Ketika awan gas yang berputar merapat menjadi cakram,
bintang-bintang Halo tertinggal sebagai fossil galaxy.
Sedangkan pada kehancuran diakhir Kappa, kehancuran yang terjadi
sangat dahsyat, sehingga alam dewa dan Brahma tingkat rendahpun ikut hancur.
Setelah semuanya habis terbakar maka gas-gas dan ion-ion sisa pembakaran pada
gilirannya akan berubah menjadi
perangkap sinar. Luas areal gas sisa pembakaran galaksi ini bisa mencapai
radius jutaan tahun cahaya (lihat gbr 5.2). Bandingkan dengan diameter galaksi
yang kurang lebih seratus ribu tahun cahaya. Oleh karena sinar yang masuk
terperangkap maka sebagai akibatnya tentu saja daerah yang berada di sekitar
pusat gas yang merupakan sisa kehancuran Galaksi nampak sangat gelap, hal ini
sesuai dengan yang dikatakan dalam Visuddhi Magga. Sekarang pada tahap ini
angkasa yang diatas bersatu dengan angkasa yang dibawah dalam kegelapan
mencekam yang luas.
Pada umumnya sifat benda-benda yang gelap cenderung
menyerap sinar, maka sisa-sisa Galaksi yang telah berubah bentuk menjadi Ion
dan gas akan kembali menyerap sinar yang dipancarkan oleh objek-objek lain yang
berada di alam semesta sehingga energi yang telah dipancarkan oleh galaksi kita
akan diserap oleh galaksi-galaksi lain dan demikian juga sebaliknya. mengikat
dan membentuk massa yang bertambah lama bertambah besar karena gravitasi antara
dua buah massa yang cenderung saling tarik-menarik (atom-atom dan molekul juga
merupakan massa, bahkan termasuk neutron, elektron, quark dan sebagainya).
Setelah selang waktu yang sangat lama sekali maka massa
yang bertambah besar tersebut dengan bantuan energi yang terperangkap membentuk
ikatan yang bertambah lama bertambah besar dan akhirnya berubah menjadi kabut.
Dalam Astronomi kabut ini disebut Nebula yang merupakan cikal-bakal pembentuk
tatasurya. Pada fase ini kabut Nebula belum memancarkan sinar. tetapi telah
mulai memancarkan gelombang elektromagnetik (gelombang radio). Untuk melacak
keberadaan Galaksi yang tidak memancarkan gelombang cahaya, tetapi memancarkan
gelombang radio bisa di lihat dengan teleskop radio, contohnya seperti yang ada
di Mt. Antero yang terletak di Puerto Rico. Teleskop ini dapat anda lihat di
film spionase James Bond yang berjudul Golden eye. (Pernahkah anda menyaksikan
film James Bond yang berjudul Golden Eye? Parabola raksasa statis yang anda
saksikan di film tersebut adalah teleskop radio raksasa terbesar di dunia berdiameter
300 meter) Atau bisa juga anda lihat dengan bantuan VLA (Very large array)
telescope yang terletak di dekat Socorro negara bagian New Mexico di Amerika
serikat. Anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke Amerika Serikat, cukup pergi ke
bioskop nonton film “Contact” yang dibintangi oleh peraih piala oscar Jodie
Foster, yang nampak seperti antenna parabola berderet banyak sekali sebenarnya
adalah deretan teleskop radio yang menggunakan tehnik interferometri.
Sehubungan dengan Nebula ini, dalam Visuddhi Magga
disebutkan bahwa setelah terjadi kegelapan yang lama sekali maka muncullah
“awan yang sangat besar”, pada mulanya hujan pelan-pelan, kemudian hujan
rintik-rintik yang lebih besar, seperti tangkai teratai, bagai pipa, bagai
antan, bagai dahan pohon palem dan bertambah lama bertambah besar serta
menyirami tempat yang telah terbakar pada seratus milyar tata-surya, sehingga
lenyap (bekas kebakarannya). Pengertian menyirami seratus milyar Tata-surya di
sini harus dimengerti bukan berarti seperti menyirami air di ladang, tetapi
maksud Visuddhi Magga adalah karena semua keadaan ini dilihat oleh ingatan akan
kelahiran yang lampau maka nampaknya seolah-olah hujan, tetapi yang sebenarnya
terjadi adalah partikel-partikel kabut ini oleh karena kohesi bergabung menjadi
partikel yang lebih besar dan mulai membentuk kelompok-kelompok yang lebih
besar, seperti kondensasi yang terjadi pada uap air, schingga massa materi yang
lebih kecil ditarik ke arah massa yang lebih besar.
Anggaplah di bekas tatasurya kita sudah terbentuk
kelompok massa yang lebih besar daripada yang lainnya. Massa yang lebih kecil
yang ada di sekitamya oleh karena gaya gravitasi akan tertarik oleh massa yang
lebih besar ini, sehingga bila kita berada pada massa yang lebih besar ini,
massa-massa kecil yang tertarik akan nampak bagaikan hujan, oleh karena semua
ini dilihat dengan kemampuan melihat massa yang lampau maka seperti itulah
nampaknya yang terjadi. Para ahli Astronomi pada fase ini tidak mengerti
mengapa awan debu dan gas antar bintang ini collapse dan membentuk bintang,
karena awan-awan ini dingin dan kerapatan molekulnya rendah (kurang lebih satu
atom per cm³).
Tetapi komentar pada Visuddhi Magga dengan tepat
mengatakan bahwa terjadi kondensasi sehingga hujan. (penulis lebih cenderung
beranggapan bahwa keadaan yang sangat dingin mencegah kondensasi, setelah lama
berlalu, bekas galaksi lebih hangat, sehingga uapnya terkondensasi) Lebih
lanjut Visuddhi Magga menguraikan bahwa setelah air hujan mencapai alam
Visuddhi Magga tidak menyatakan bahwa bumi kita bulat karena belum dapat
diterima pada jaman itu, tetapi dengan perumpamaan air di daun teratai tersebut
di atas maka jelaslah bahwa secara tidak langsung Visuddhi Magga menyatakan
bahwa bumi kita dan planet-planet yang berada di tata-surya bentuknya bulat.
Bandingkan dengan dengan teori yang dianut oleh para astronom. Jadi pernah
dalam suatu masa bumi, bulan, planet-planet yang lain berada dalam keadaan
cair. Disebutkan dalam Maha Parinibbana Sutta bahwa yang berada di dalam bumi
adalah benda yang bersifat cair. Ini menyatakan bahwa hanya kerak bumi yang
padat, sedangkan di bawah lapisan kerak bumi bersifat cair memang cairan magma
dari dalam bumi merupakan campuran dari unsur besi, belerang, oksigen dll.
Dari uraian di atas kita telah mengetahui cara
terbentuknya bumi dan galaksi tempat kita dilahirkan lantas pertanyaan lain
timbul, kapan itu terjadi? Dalam Abhidhamma Pitaka dan dalam Sutta Pitaka
disebutkan bahwa lamanya umur suatu masa diukur dengan Kappa. Ada tiga macam
kappa, yaitu Maha kappa, Asankheyya kappa dan Antara kappa. Lamanya satu maha
Kappa lebih dari satu mil kubik biji mustard (latin: Brasicca) yang diambil
sebiji setiap 100 tahun.
Hanya untuk menyegarkan ingatan anda kembali, sudah
dikatakan sebelumnya bahwa Satu maha kappa terdiri dari empat asankheyya kappa,
sedangkan satu asankheyya kappa terdiri dari 20 antara kappa. Antara kappa
adalah lamanya waktu yang diperlukan dalam evolusi manusia dari umur rata-rata
manusia 10 tahun, naik hingga tak terhitung, lalu turun lagi hingga umur
manusia menjadi rata-rata 10 tahun. Berapakah usia alam semesta menurut
Buddhis? usia alam semesta menurut Buddhis berada diluar jangkauan persepsi
manusia awam dan bila terus dipikirkan dapat membuat manusia gila (acinteyya).
888sport Casino: £10 No Deposit Bonus Code - JTM Hub
ReplyDelete888Sport Casino 세종특별자치 출장샵 Bonus Code 안양 출장샵 – 888Sport No Deposit Bonus Code | Exclusive £10 Free Bet | 창원 출장마사지 Make a First Deposit 광주광역 출장안마 Match up to Get £10 Free Bet | £20 Deposit Bonus | Claim Now! 통영 출장마사지