Tuesday, April 21, 2015

Tanda Manusia Agung (Buddhis)

MAHAPADANA SUTTA
DIGHA NIKAYA, Kelompok ke dua bagian besar, sutta ke 14


LatarBelakangpembabaran :
1.     Nikhepa        : Athupatika (peristiwa)
2.     Niddana;
a.     Oleh       : Sang Buddha.
b.     Kepada   : Para Bhikkhu
c.      Di            : Savatthi, Taman Anathapindika, hutan Jeta, Kareri-Kuti.
d.     Berkaitan dengan khotbah panjang tentang silsilah.

Isi 
Para Bhikkhu, setelah sembilan puluh satu kappa berselang ketika Sang Buddha Vipassi, muncul di dunia. Setelah tiga puluh satu kappa berselang ketika Sang Buddha Sikkhi muncul di dunia. Pada tiga puluh satu kappa yang lampau pula Sang Buddha Vessabhu muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini, Sang Buddha Kakusanda muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini pula Sang Buddha Kassapa muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini  Buddha Gotama muncul di dunia.
Sang Buddha Vipassi berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Sikhi berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Vassabhu berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Kakusanda berasal dari keluarga brahmana. Sang Buddha Konagama berasal dari keluarga brahmana. Sang Buddha Kassapa berasal dari keluarga brahmana dan Sang Buddha Gotama berasal dari keluarga ksatria.
Sang Buddha Vipassi berasal dari marga Kondanna. Sang Buddha Sikhi berasal dari marga Kondanna. Sang Buddha Vessabhu berasal dari marga Kondanna. Sang Buddha Kakusanda berasal dari marga Kassapa. Sang Buddha Konagama berasal dari marga Kassapa. Sang Buddha Kassapa berasal dari marga Kassapa dan Sang Buddha Gotama berasal dari marga Gotama.
Panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Vipassi adalah delapan puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Sikhi adalah tujuh puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Vessabhu adalah empat puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Kakusandha adalah empat puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Konagamana adalah tiga puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Kassapa adalah dua puluh ribu tahun. Pada masa Buddha Gotama adalah singkat sekali, pendek sekali, dan cepat sekali, hanya seratus tahun.
Sang Buddha Vipassi mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Pataliya. Sang Buddha Sikhi mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Pundarika. Sang Buddha Vessabhu mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Sala. Sang Buddha Kakusandha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Sirisa. Sang Buddha Konagamana mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Udumbara. Sang Buddha Kassapa mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Nigrodha. Kemudian Arahat Samma Sambuddha Gotama, mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Assattha.
Kedua murid utama Sang Buddha Vipassi adalah Khanda dan Tissa. Kedua murid utama Sang Buddha Sikhi adalah Abhibhu dan Sambava. Kedua murid utama Sang Buddha Vessabhu adalah Vidhura dan Sanjiva. Kedua murid utama Sang Buddha Konagamana adalah Bhiyyosa dan Uttara. Kedua murid utama Sang Buddha Kassapa adalah Tisa dan Bharadvaja. Kedua murid utama Sang Buddha gotama adalah Sariputta dan Moggallana.
Pada masa Sang Buddha Vipassi terjadi tiga pertemuan para siswa (savaka sannipata), yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh enam juta delapan ratus ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh seratus ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Sikhi terjadi tiga pertemuan para siswa, yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh seratus ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh tujuh puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Vessabhu terjadi tiga pertemuan para siswa yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh tujuh puluh ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh enam puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Kakusandha terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh empat puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Konagamana terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh tiga puluh ribu bhikkhu semuanya arahat. Pada masa Sang Buddha Kassapa Bhagava terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh dua puluh ribu bhikkhu arahat, dan pada masa Sang Buddha Gotama terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh seribu dua ratus lima puluh bhikkhu arahat.
Bhikkhu pembantu Sang Buddha Vipassi bernama Asoka. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Sikhi bernama Khemankura. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Vessabhu bernama Upasannaka. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Kakusandha bernama Buddhija. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Konagamana bernama Sotthija. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Kassapa bernama Sabbamita. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Gotama bernama Ananda.
Ayah Sang Buddha Vipassi bernama Raja Bandhuma, ibunya bernama Bandhumati Devi; ibu kota kerajaan dari raja Bandhuma adalah Bandhumati. Ayah Sang Buddha Sikhi bernama Raja Aruna, ibunya bernama Pabbavati Devi; ibu kota kerajaan dari raja Aruna adalah Arunawati. Ayah Sang Buddha Vessabhu bernama Raja Supatita, ibunya bernama Yasavati Dewi; ibu kota kerajaan dari raja Supatita adalah Anopama. Ayah Sang Buddha Kakusanda bernama Brahmana Agidatta, ibunya bernama Visakha, pada waktu itu raja Khema yang memerintah di Kerajaan Khemavati. Ayah Sang Buddha Konagamana bernama Brahmana Yannadatta, ibunya bernama Uttara, pada waktu itu raja Sobha yang memerintah di kerajaan Sobhavati. Ayah Sang Buddha Kassapa bernama Brahmana Brahmadatta, ibunya bernama Dhanavati, pada waktu itu raja Kiki yang memerintah di kerajaan Baranasi. Ayah Sang Buddha Gotama bernama raja Suddhodana, ibunya bernama Dewi Maya, raja Suddhodana memerintah di kerajaan Kapilavattu”.
Ketika Buddha Vipassi menjadi Bodhisatta, beliau lenyap dari alam Tusita, dan dengan penuh perhatian Beliau masuk ke rahim ibunya. Demikianlah hal itu terjadi sesuai dengan Dhammata, kemudian di alam semesta ini muncul cahaya gemilang yang tiada batasnya, yang melampaui kemegahan: para dewa maupun alam-alam yang lebih tinggi lagi, mara, brahmana, alam-alam yang lebih rendah termasuk para pertapa, pangeran dan manusia lainnya. Begitu pula di angkasa raya yang tidak bermateri dan kelam gelap, yang terdapat di antara planet-planet, yang walaupun matahari dan bulan yang bercahaya terang dan megah tidak dapat menyinarinya; tetapi cahaya gemilang yang muncul itu menyinarinya. Dengan adanya cahaya tersebut, maka makhluk-makhluk yang ada dan hidup di situ dapat saling melihat, maka mereka berkata: “Ternyata ada makhluk-makhluk lain yang berada di sini”. Begitu pula sepuluh ribu tata surya (cakkavala) bergetar, bergoyang dan terjadi gempa. Cahaya gemilang yang tanpa batas itu muncul di dunia melampaui kemegahan para dewa. Demikianlah hal ini terjadi sesuai dengan dhammata.
Saat Bodhisatta masuk ke rahim ibunya, maka empat putra dewa pergi ke empat penjuru untuk melindunginya, dan berkata: “Semoga tidak ada manusia, bukan manusia atau makhluk apapun yang mengganggu Bodhisatta atau ibu Bodhisatta!” Ibu bodhisatta tersebut adalah seorang wanita yang bermoral tinggi, ia menghindari pembunuhan, pencurian, perzinahan, dusta serta minum minuman yang memabukkan. Sesuai dengan Dhammata bahwa pada hari ke tujuh setelah Bodhisatta lahir lahir, ibunya meninggal dunia dan terlahir kembali di alam surga Tusita. Umumnya bagi wanita melahirkan anak setelah hamil selama sembilan bulan atau sepuluh bulan, tetapi ibu Bodhisatta tidak akan melahirkan bila belum genap sepuluh bulan masa kehamilannya.
Bila wanita pada umumnya melahirkan anaknya dengan posisi duduk atau berbaring, tetapi ibu Bodhisatta melahirkan anak dengan posisi berdiri. Ketika Bodhisatta dilahirkan, para dewa yang terlebih dahulu menerimanya sesudah itu barulah manusia. Ketika Bodhisatta dilahirkan, dan sebelum Ia menyentuh tanah, empat putra dewa menerimanya, dan memberikannya kepada ibunya dengan berkata: “Berbaringlah, ibu, karena keagungan putra yang terlahir darimu!”. Ketika Bodhisatta dilahirkan, ia terlahir tanpa noda, tanpa dikotori oleh cairan, jaringan, darah atau oleh apapun, tetapi ia bersih dan suci.
Ketika Bodhisatta dilahirkan oleh ibunya, terjadi dua pancuran air yang muncul dari angkasa, yaitu air hangat dan dingin, dengan itu mereka memandikan Bodhisatta dan ibunya. Saat Bodhisatta lahir, ia berdiri kokoh dengan kedua kaki-nya, dengan memandang ke utara ia melangkah tujuh langkah, dan masih dilindungi kain putih yang ditudungkan di atas kepalanya, ia menengok ke berbagai arah dan bagaikan suara banteng ia berkata: “Tertinggilah aku dalam dunia! Tertualah aku dalam dunia! Terbaiklah aku dalam dunia! Inilah kelahiranku yang terakhir! Tidak ada kelahiran berikut lagi bagiku.” Demikianlah hal ini terjadi sesuai dengan Dhammata.
Ketika Bodhisatta lahir, di alam semesta ini muncul cahaya gemilang yang tiada batasnya, yang melampaui kemegahan para dewa. Begitu pula di angkasa raya yang tidak bermateri dan gelap kelam yang ada di antara planet-planet, yang walaupun matahari dan bulan bersinar terang dan megah tidak dapat menyinarinya, namun cahaya gemilang yang muncul itu dapat menyinarinya. Dengan adanya cahaya itu, maka makhluk-makhluk yang ada dan hidup di situ dapat saling melihat dan berkata: “Ternyata ada makhluk-makhluk lain di sini.” Begitu pula, sepuluh ribu tata surya (cakkavala) bergetar, bergoyang dan terjadi gempa.
Ketika pangeran Vipassi lahir, mereka mengabarkannya kepada raja Bandhumata dengan berkata: “Sri baginda, seorang putra telah terlahir bagimu! Silahkan Baginda melihatnya! Setelah raja Bandhumata melihat bayi itu, ia memanggil para Brahmana peramal dan berkata: “Brahmana sekalian lihatlah putra ini”. Brahmana meramal melihat bayi itu, mereka berkata kepada raja Bandhumata: “Berbahagialah baginda, karena orang yang maha besar telah terlahir sebagai putramu! Beruntunglah baginda! Kemujuran adalah milikmu karena di dalam keluargamu telah terlahir seorang anak seperti dia! Baginda, karena bayi ini memiliki tiga puluh dua tanda orang agung (mahapurisa lakkhana), maka bagi dia hanya ada dua macam cara hidup saja dan tidak ada yang lain.” Bilamana ia hidup sebagai orang biasa (berumah tangga) ia akan menjadi raja dunia, raja yang penuh kebenaran, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung orang-orang yang baik, pemilik tujuh macam harta dunia. Ketujuh macam harta dunia tersebut adalah Kekuasaan, gajah, kuda, permata, wanita, kepala keluarga dan penasehat. Ia akan mempunyai lebih dari seribu putra, perkasa, kesatria dan penghancur musuh-musuh yang kejam. Bila ia telah menguasai dunia ini sampai di ujung dunia, ia memerintah tidak dengan cara menganiaya atau menggunakan senjata, tetapi dengan kebenaran (dhamma). Tetapi bilamana putra itu meninggalkan kehidupan berumah tangga dengan menjadi pertapa, dan akan menjadi Arahat Samma Sambuddha untuk melenyapkan kabut kegelapan dunia. Dalam hal ini dapat diartikan sebagai orang yang akan menyinari dunia dengan penuh kebajikan dan kesempurnaan.
Terdapat tiga puluh dua tanda manusia agung:
  1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)
  2. Pada telapak kaki dan tangan terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
  3. Tumit yang bagus (ayatapanhi)
  4. Jari-jari panjang (digha-anguli)
  5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudu taluna)
  6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala hattha pado)
  7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha pado)
  8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
  9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
  10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavatthaguyho)
  11. Kulit bagaikan perunggu berwarna emas.
  12. Kulit sangat licin, sehingga tidak debu yang dapat melengket pada kulit.
  13. Pada setiap pori di kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
  14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
  15. Potongan tubuh yang agung (brahmuju-gatta)
  16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
  17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo)
  18. Pada kedua bahunya tidak ada lekukan.
  19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
  20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho)
  21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi)
  22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu)
  23. Empat puluh buah gigi (cattalisa-danto)
  24. Gigi geligi rata (sama-danto)
  25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto)
  26. Gigi putih bersih (susukka-danto)
  27. Lidah panjang (pahuta-jivha)
  28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika (brahmassaro karavika-bhani).
  29. Mata biru (abhinila-netto)
  30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo)
  31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas lembut (unna bhamukantare jata odata mudu-tula-sannibha)
  32. Kepala bagaikan berserban (unhisa-siso)     
Di rangkum dari hal 161-170
            Tanda-tanda manusia agung saat ini sangat sulit ditemui, karena pada umumnya manusia sekarang dipenuhi oleh keduniawian yang bersumber pada kebencian, keserakahan, dan kebodohan batin. Jika pun ada, orang yang memiliki beberapa tanda dari tiga puluh dua tanda manusia agung pasti ia adalah orang besar.
Referensi :
Digha Nikaya: The Long Discourses of The Buddha, 2009. tr. Giri Mangala Publication, DhammaCitta Press. - . DhammaCitta.




            

No comments:

Post a Comment