MAHAPADANA SUTTA
DIGHA NIKAYA, Kelompok ke dua bagian besar, sutta ke 14
LatarBelakangpembabaran :
1.
Nikhepa : Athupatika (peristiwa)
2.
Niddana;
a.
Oleh : Sang Buddha.
b.
Kepada : Para Bhikkhu
c.
Di : Savatthi, Taman Anathapindika,
hutan Jeta, Kareri-Kuti.
d. Berkaitan dengan
khotbah panjang tentang silsilah.
Isi
Para Bhikkhu, setelah sembilan puluh
satu kappa berselang ketika Sang Buddha Vipassi, muncul di dunia. Setelah tiga puluh satu
kappa berselang ketika Sang Buddha Sikkhi muncul di dunia. Pada tiga puluh satu
kappa yang lampau pula Sang Buddha Vessabhu muncul di dunia. Pada kappa yang
istimewa ini, Sang Buddha Kakusanda muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa
ini pula Sang Buddha Kassapa muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini Buddha Gotama muncul di dunia.
Sang Buddha Vipassi berasal dari
keluarga ksatria. Sang Buddha Sikhi berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha
Vassabhu berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Kakusanda berasal dari
keluarga brahmana. Sang Buddha Konagama berasal dari keluarga brahmana. Sang
Buddha Kassapa berasal dari keluarga brahmana dan Sang Buddha Gotama berasal
dari keluarga ksatria.
Sang Buddha Vipassi berasal dari marga Kondanna.
Sang Buddha Sikhi berasal dari marga Kondanna. Sang Buddha Vessabhu berasal
dari marga Kondanna. Sang Buddha Kakusanda berasal dari marga Kassapa. Sang
Buddha Konagama berasal dari marga Kassapa. Sang Buddha Kassapa berasal dari marga
Kassapa dan Sang Buddha Gotama berasal dari marga Gotama.
Panjang usia kehidupan pada masa Sang
Buddha Vipassi adalah delapan puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Sikhi adalah
tujuh puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha Vessabhu adalah empat puluh ribu
tahun. Pada masa Sang Buddha Kakusandha adalah empat puluh ribu tahun. Pada
masa Sang Buddha Konagamana adalah tiga puluh ribu tahun. Pada masa Sang Buddha
Kassapa adalah dua puluh ribu tahun. Pada masa Buddha Gotama adalah singkat
sekali, pendek sekali, dan cepat sekali, hanya seratus tahun.
Sang Buddha Vipassi mencapai penerangan
sempurna di bawah pohon Pataliya. Sang Buddha Sikhi mencapai penerangan
sempurna di bawah pohon Pundarika. Sang Buddha Vessabhu mencapai penerangan
sempurna di bawah pohon Sala. Sang Buddha Kakusandha mencapai penerangan
sempurna di bawah pohon Sirisa. Sang Buddha Konagamana mencapai penerangan
sempurna di bawah pohon Udumbara. Sang Buddha Kassapa mencapai penerangan
sempurna di bawah pohon Nigrodha. Kemudian Arahat Samma Sambuddha Gotama, mencapai
penerangan sempurna di bawah pohon Assattha.
Kedua murid utama Sang Buddha Vipassi
adalah Khanda dan Tissa. Kedua murid utama Sang Buddha Sikhi adalah Abhibhu dan
Sambava. Kedua murid utama Sang Buddha Vessabhu adalah Vidhura dan Sanjiva.
Kedua murid utama Sang Buddha Konagamana adalah Bhiyyosa dan Uttara. Kedua murid
utama Sang Buddha Kassapa adalah Tisa dan Bharadvaja. Kedua murid utama Sang
Buddha gotama adalah Sariputta dan Moggallana.
Pada masa Sang Buddha Vipassi terjadi
tiga pertemuan para siswa (savaka sannipata), yaitu pertemuan pertama dihadiri
oleh enam juta delapan ratus ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh
seratus ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh delapan
puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Sikhi terjadi tiga pertemuan
para siswa, yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh seratus ribu bhikkhu arahat,
pertemuan kedua dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat, sedangkan
pertemuan ketiga dihadiri oleh tujuh puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang
Buddha Vessabhu terjadi tiga pertemuan para siswa yaitu pertemuan pertama
dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh
tujuh puluh ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh enam
puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Kakusandha terjadi pertemuan para
siswa yang dihadiri oleh empat puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha
Konagamana terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh tiga puluh ribu
bhikkhu semuanya arahat. Pada masa Sang Buddha Kassapa Bhagava terjadi
pertemuan para siswa yang dihadiri oleh dua puluh ribu bhikkhu arahat, dan pada
masa Sang Buddha Gotama terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh seribu
dua ratus lima puluh bhikkhu arahat.
Bhikkhu pembantu Sang Buddha Vipassi
bernama Asoka. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Sikhi bernama Khemankura. Bhikkhu
pembantu Sang Buddha Vessabhu bernama Upasannaka. Bhikkhu pembantu Sang Buddha
Kakusandha bernama Buddhija. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Konagamana bernama
Sotthija. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Kassapa bernama Sabbamita. Bhikkhu
pembantu Sang Buddha Gotama bernama Ananda.
Ayah Sang Buddha Vipassi bernama Raja
Bandhuma, ibunya bernama Bandhumati Devi; ibu kota kerajaan dari raja Bandhuma adalah
Bandhumati. Ayah Sang Buddha Sikhi bernama Raja Aruna, ibunya bernama Pabbavati
Devi; ibu kota kerajaan dari raja Aruna adalah Arunawati. Ayah Sang Buddha
Vessabhu bernama Raja Supatita, ibunya bernama Yasavati Dewi; ibu kota kerajaan
dari raja Supatita adalah Anopama. Ayah Sang Buddha Kakusanda bernama Brahmana
Agidatta, ibunya bernama Visakha, pada waktu itu raja Khema yang memerintah di
Kerajaan Khemavati. Ayah Sang Buddha Konagamana bernama Brahmana Yannadatta,
ibunya bernama Uttara, pada waktu itu raja Sobha yang memerintah di kerajaan
Sobhavati. Ayah Sang Buddha Kassapa bernama Brahmana Brahmadatta, ibunya
bernama Dhanavati, pada waktu itu raja Kiki yang memerintah di kerajaan
Baranasi. Ayah Sang Buddha Gotama bernama raja Suddhodana, ibunya bernama Dewi
Maya, raja Suddhodana memerintah di kerajaan Kapilavattu”.
Ketika Buddha Vipassi menjadi Bodhisatta,
beliau lenyap dari alam Tusita, dan dengan penuh perhatian Beliau masuk ke
rahim ibunya. Demikianlah hal itu terjadi sesuai dengan Dhammata, kemudian di
alam semesta ini muncul cahaya gemilang yang tiada batasnya, yang melampaui
kemegahan: para dewa maupun alam-alam yang lebih tinggi lagi, mara, brahmana,
alam-alam yang lebih rendah termasuk para pertapa, pangeran dan manusia
lainnya. Begitu pula di angkasa raya yang tidak bermateri dan kelam gelap, yang
terdapat di antara planet-planet, yang walaupun matahari dan bulan yang
bercahaya terang dan megah tidak dapat menyinarinya; tetapi cahaya gemilang
yang muncul itu menyinarinya. Dengan adanya cahaya tersebut, maka
makhluk-makhluk yang ada dan hidup di situ dapat saling melihat, maka mereka berkata:
“Ternyata ada makhluk-makhluk lain yang berada di sini”. Begitu pula sepuluh
ribu tata surya (cakkavala) bergetar, bergoyang dan terjadi gempa. Cahaya
gemilang yang tanpa batas itu muncul di dunia melampaui kemegahan para dewa.
Demikianlah hal ini terjadi sesuai dengan dhammata.
Saat Bodhisatta masuk ke rahim ibunya,
maka empat putra dewa pergi ke empat penjuru untuk melindunginya, dan berkata:
“Semoga tidak ada manusia, bukan manusia atau makhluk apapun yang mengganggu
Bodhisatta atau ibu Bodhisatta!” Ibu bodhisatta tersebut adalah seorang wanita
yang bermoral tinggi, ia menghindari pembunuhan, pencurian, perzinahan, dusta
serta minum minuman yang memabukkan. Sesuai dengan Dhammata bahwa pada hari ke
tujuh setelah Bodhisatta lahir lahir, ibunya meninggal dunia dan terlahir
kembali di alam surga Tusita. Umumnya bagi wanita melahirkan anak setelah hamil
selama sembilan bulan atau sepuluh bulan, tetapi ibu Bodhisatta tidak akan
melahirkan bila belum genap sepuluh bulan masa kehamilannya.
Bila wanita pada umumnya melahirkan
anaknya dengan posisi duduk atau berbaring, tetapi ibu Bodhisatta melahirkan
anak dengan posisi berdiri. Ketika Bodhisatta dilahirkan, para dewa yang
terlebih dahulu menerimanya sesudah itu barulah manusia. Ketika Bodhisatta
dilahirkan, dan sebelum Ia menyentuh tanah, empat putra dewa menerimanya, dan
memberikannya kepada ibunya dengan berkata: “Berbaringlah, ibu, karena keagungan
putra yang terlahir darimu!”. Ketika Bodhisatta dilahirkan, ia terlahir tanpa
noda, tanpa dikotori oleh cairan, jaringan, darah atau oleh apapun, tetapi ia bersih
dan suci.
Ketika Bodhisatta dilahirkan oleh ibunya,
terjadi dua pancuran air yang muncul dari angkasa, yaitu air hangat dan dingin,
dengan itu mereka memandikan Bodhisatta dan ibunya. Saat Bodhisatta lahir, ia
berdiri kokoh dengan kedua kaki-nya, dengan memandang ke utara ia melangkah
tujuh langkah, dan masih dilindungi kain putih yang ditudungkan di atas
kepalanya, ia menengok ke berbagai arah dan bagaikan suara banteng ia berkata:
“Tertinggilah aku dalam dunia! Tertualah aku dalam dunia! Terbaiklah aku dalam
dunia! Inilah kelahiranku yang terakhir! Tidak ada kelahiran berikut lagi
bagiku.” Demikianlah hal ini terjadi sesuai dengan Dhammata.
Ketika Bodhisatta lahir, di alam semesta
ini muncul cahaya gemilang yang tiada batasnya, yang melampaui kemegahan para
dewa. Begitu pula di angkasa raya yang tidak bermateri dan gelap kelam yang ada
di antara planet-planet, yang walaupun matahari dan bulan bersinar terang dan
megah tidak dapat menyinarinya, namun cahaya gemilang yang muncul itu dapat
menyinarinya. Dengan adanya cahaya itu, maka makhluk-makhluk yang ada dan hidup
di situ dapat saling melihat dan berkata: “Ternyata ada makhluk-makhluk lain di
sini.” Begitu pula, sepuluh ribu tata surya (cakkavala) bergetar, bergoyang dan
terjadi gempa.
Ketika pangeran Vipassi lahir, mereka
mengabarkannya kepada raja Bandhumata dengan berkata: “Sri baginda, seorang
putra telah terlahir bagimu! Silahkan Baginda melihatnya! Setelah raja
Bandhumata melihat bayi itu, ia memanggil para Brahmana peramal dan berkata:
“Brahmana sekalian lihatlah putra ini”. Brahmana meramal melihat bayi itu,
mereka berkata kepada raja Bandhumata: “Berbahagialah baginda, karena orang
yang maha besar telah terlahir sebagai putramu! Beruntunglah baginda! Kemujuran
adalah milikmu karena di dalam keluargamu telah terlahir seorang anak seperti
dia! Baginda, karena bayi ini memiliki tiga puluh dua tanda orang agung
(mahapurisa lakkhana), maka bagi dia hanya ada dua macam cara hidup saja dan
tidak ada yang lain.” Bilamana ia hidup sebagai orang biasa (berumah tangga) ia
akan menjadi raja dunia, raja yang penuh kebenaran, penguasa empat penjuru
dunia, penakluk, pelindung orang-orang yang baik, pemilik tujuh macam harta
dunia. Ketujuh macam harta dunia tersebut adalah Kekuasaan, gajah, kuda,
permata, wanita, kepala keluarga dan penasehat. Ia akan mempunyai lebih dari
seribu putra, perkasa, kesatria dan penghancur musuh-musuh yang kejam. Bila ia
telah menguasai dunia ini sampai di ujung dunia, ia memerintah tidak dengan
cara menganiaya atau menggunakan senjata, tetapi dengan kebenaran (dhamma).
Tetapi bilamana putra itu meninggalkan kehidupan berumah tangga dengan menjadi
pertapa, dan
akan menjadi Arahat
Samma Sambuddha untuk melenyapkan kabut kegelapan dunia. Dalam hal ini
dapat diartikan sebagai orang yang akan menyinari dunia dengan penuh kebajikan
dan kesempurnaan.
Terdapat tiga puluh dua tanda manusia agung:
- Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)
- Pada telapak kaki dan tangan terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat
dalam bentuk sempurna.
- Tumit yang bagus (ayatapanhi)
- Jari-jari panjang (digha-anguli)
- Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudu taluna)
- Tangan dan kaki bagaikan jala (jala hattha pado)
- Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha pado)
- Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
- Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa
membungkukkan badan.
- Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavatthaguyho)
- Kulit bagaikan perunggu berwarna emas.
- Kulit sangat licin, sehingga tidak debu yang dapat melengket pada
kulit.
- Pada setiap pori di kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
- Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
- Potongan tubuh yang agung (brahmuju-gatta)
- Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki,
kedua bahu dan badan.
- Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo)
- Pada kedua bahunya tidak ada lekukan.
- Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan
pohon (beringin), Nigroda.
- Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho)
- Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi)
- Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu)
- Empat puluh buah gigi (cattalisa-danto)
- Gigi geligi rata (sama-danto)
- Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto)
- Gigi putih bersih (susukka-danto)
- Lidah panjang (pahuta-jivha)
- Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika
(brahmassaro karavika-bhani).
- Mata biru (abhinila-netto)
- Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo)
- Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan
kapas lembut (unna bhamukantare jata odata mudu-tula-sannibha)
- Kepala bagaikan berserban (unhisa-siso)
Di rangkum dari
hal 161-170
Tanda-tanda
manusia agung saat ini sangat sulit ditemui, karena pada umumnya manusia
sekarang dipenuhi oleh keduniawian yang bersumber pada kebencian, keserakahan,
dan kebodohan batin. Jika pun ada, orang yang memiliki beberapa tanda dari tiga puluh dua tanda manusia
agung pasti ia adalah orang besar.
Referensi :
Digha Nikaya:
The Long
Discourses of The Buddha, 2009. tr. Giri Mangala Publication, DhammaCitta Press. - . DhammaCitta.
No comments:
Post a Comment