Monday, April 27, 2015

Bedah plastik dalam pandangan agama Buddha

PENDAHULUAN
1.1.         Latar belakang
Di era modern ini, banyak teknologi berkembang dan tidak menutup kemungkinan manusia yang berada di era ini pun akan mengikuti perkembangan zaman serta gaya hidup  yang serba instan. Dalam menunjang profesinya, seseorang yang merasa dirinya kurang sempurna akan memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini yaitu bedah plastik. Dengan bedah plastik seseorang dapat mengubah bentuk tubuhnya sesuai dengan yang diinginkan, seperti contoh artis pop dunia Michael Jakson yang merubah bentuk wajahnya berkali-kali sesuai dengan yang diinginkannya. Melihat betapa pentingnya pembahasan bedah plastik dengan dikaitkan pada ajaran Buddha, maka penulis menyusun makalah ini.
1.2.         Tujuan dan Manfaat
1.     Sebagai tugas mata kuliah Seminar Agama Buddha
2.     Sebagai wawasan pembaca terhadap operasi bedah plastik dalam agama Buddha
3.     Untuk menumbuhkembangkan keyakinan umat Buddha terhadap ajaran Sang Buddha sebagai landasan hidup umat Buddha.
1.3.         Metode Penyusunan

Makalah ini disusun berdasarkan Deskritif Kualitatif Pustaka, yang mengkaji berbagai sumber dari pendapat, kitab suci, sutta, dan sebagainya. Kemudian data tersebut dikumpulkan dan disusun menjadi makalah.

PEMBAHASAN

2.1 Bedah Plastik Dalam Pandangan Umum
Bedah Plastik secara umum merupakan suatu ilmu Bedah yang mengerjakan operasi Rekonstruksi dan Estetik.  Secara etimologi ”Plastik” berasal dari bahasa Yunani yaitu plasticos yang berarti dapat diubah atau dibentuk bukan dengan menggunakan bahan dari plastik, melainkan dengan menggunakan bahan dari tubuh sendiri (lemak, tulang rawan, kulit,dan lain-lain) atau bahan artificial (implant) seperti silikon padat untuk memancungkan hidung atau silikon gel untuk membesarkan payudara.

2.2 Bedah Plastik Dalam Pandangan Buddhis
Bedah plastik menurut Buddhis, dianggap tidak tidak melanggar sila apabila memiliki tujuan yang positif dan bukan untuk penipuan. Contohnya: penjahat kabur kemudian mengubah wajahnya dengan tujuan orang tidak mengenal lagi sehingga ia lolos dari kejahatannya. Dalam agama Buddha, wanita yang mengubah kelamin menjadi pria tidak diperkenankan untuk menjadi bhikkhu. Selain itu pandangan agama Buddha setuju apabila bedah plastik untuk pengobatan, misalnya: bibir sumbing, luka bakar, atau penyakit kulit yang akibat dari kecelakaan maupun bawaan sejak lahir melainkan bukan agar kelihatan awet muda terus. Buddhis tidak melarang bedah plastik, tetapi apabila kita melakukan bedah plastik dengan tujuan mempercantik diri berarti itu kurang sesuai dengan ajaran Buddha, karena hal tersebut telah muncul Lobha (keserakahan/ melekat pada objek). Jika bedah plastik itu berjalan dengan lancar dan hasilnya bagus, kita akan semakin melekat padanya. Tetapi apabila bedah plastik itu tidak berjalan dengan lancar atau hasilnya menjadi buruk dari yang sebelumnya, maka akan menimbulkan Dosa (kebencian/menolak objek). Apabila hal tersebut sudah terjadi maka akan timbul Moha (kebodohan batin) yang selalu mengikutinya. Dalam Brahmaviharapharana, Buddha mengajarkan kita bahwa “Semua makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung pada perbuatan mereka sendiri. Perbuatan apa pun yang mereka lakukan, baik atau buruk; perbuatan itulah yang akan mereka warisi” (Parita Suci, Yayasan Sangha Theravada Indonesia: 40). Dengan demikian kita tahu bahwa dalam ajaran agama Buddha, baik atau buruknya kondisi pada kehidupan ini merupakan akibat dari kamma masa lampau (baik atau buruk). Tetapi untuk memperbaiki kamma yang kurang baik, misalnya: memiliki wajah yang kurang cantik,tidak tampan, kulit hitam, dan sebagainya; bukan dengan cara bedah plastik walaupun sebenarnya memiliki kesehatan jasmani dan rohani, melainkan memperbaiki perbuatan kita agar sesuai ajaran yang benar. Seperti yang tertulis dalam Dhammapada ayat 262 yang tertulis “Bukan karena wajahnya yang tampan yang menandakan seseorang dapat menyebut dirinya orang baik apabila ia masih bersifat iri, kikir dan suka menipu”. Jadi yang diutamakan dalam agama Buddha adalah jiwa yang baik.
Adapun alasan seseorang melakukan operasi plastik yaitu agar tampak lebih muda, contohnya  Stanley Yacobs, seorang aktor gaek Amerika, yang kembali mendapat “order” segera setelah ia melakukan operasi facelift. Ia mengatakan bahwa penampilan merupakan hal yang penting baginya.

2.3 Perbedaan Bedah Plastik Zaman Dahulu Dengan Saat Ini
1.      Operasi plastik zaman dahulu dapat dianalogikan seperti merapikan seprei dengan menyembunyikan bagian kusutnya di bawah kasur, artinya operasi dilakukan dengan meremajakan lapisan lemak di permukaan kulit wajah tanpa menyentuh lapisan otot dan jaringan ikat di antara kulit dan tulang wajah.
2.     Perbedaannya dengan bedah plastik zaman sekarang ini dapat meremajakan kedua lapisan tersebut. Di samping itu, ada kelebihan lain yaitu mampu menyembunyikan bekas jahitan di garis rambut, belakang lipatan hidung, dan bawah dagu.

2.4 Jenis – Jenis  Bedah Plastik
Jenis bedah plastik secara umum dibagi dua jenis yaitu rekonstruksi dan kosmetik ( Estetik ), yang membedakan operasi Rekonstruksi dan Estetik adalah dari tujuan prosedur pembedahan itu sendiri.
1.     Pada operasi rekonstruksi diusahakan mengembalikan bentuk/penampilan serta fungsi menjadi lebih baik atau lebih manusiawi setidaknya mendekati kondisi normal.
2.     Pada operasi estetik, pembedahan dilakukan pada pasien-pasien normal (sehat), namun menurut norma bentuk tubuh kurang harmonik (misalnya, hidung pesek), maka diharapkan melalui operasi bedah plastik estetik didapatkan bentuk tubuh yang mendekati sempurna.

2.4.1     Operasi Rekonstruksi
1.     Rekonstruksi kelainan bawaan seperti sumbing bibir dan langitan, hipospadi (alat kelamin pria melengkung), hemangioma (kelainan pembuluh darah pada kulit).
2.     Cacat akibat trauma/kecelakaan seperti luka bakar, kontraktur akibat luka bakar, pengangkatan tumor, ablati payudara.
3.     Cacat karena Infeksi seperti noma, dimana penderita mengalami disfigurasi yang memprihatinkan
4.     Bedah Kraniofasial dan bedah maksilofasial, khusus menangani kelainan bawaan bentuk kepala dan   muka (patah tulang muka akibat kecelakaan).
5.     Bedah mikro (seperti traumatik amputasi jari yang memerlukan penyambungan pembuluh darah).



2.4.2     Operasi Estetik
1.     Prosedur bedah estetik (dengan pembedahan) adalah tindakan pembedahan untuk mengubah bentuk dan kontur anatomi organ tubuh tertentu agar tampak lebih harmonis dengan profil seseorang secara keseluruhan. Bagian tubuh yang tersering dilakukan operasi adalah wajah, payudara dan perut.
2.     Prosedur medis estetik (tanpa pembedahan) misalnya pengelupasan kulit dengan obat (peeling), penghalusan kulit dengan pengikisan (dermabrasion), atau injeksi pencerahan kulit.

2.5 Dasar Hukum
UNDANG-UNDANG KESEHATAN
BAB V
UPAYA KESEHATAN
Pasal 37
1.     Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan ole tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
2.     Bedah plastik dan rekonstnuksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3.     Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.




http://budiviro.blog.com/files/2011/06/bedah-plastik.jpg


PENUTUP

A.    SIMPULAN
Bedah plastik merupakan suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Ilmu ini sendiri merupakan cabang dari ilmu bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi yang normal dan “menyempurnakan” bentuk dengan proporsi yang “lebih baik”. Bedah plastik tidak dilarang dalam pandangan Buddhis, sepanjang hal itu mempunyai tujuan yang baik, untuk pengobatan dan bukan untuk penipuan. Karena pada hakekatnya apa yang kita miliki harus disyukuri. Ketampanan, kencantikan bukanlah hal utama melainkan memiliki kesehatan dan jiwa yang baik itulah hal yang utama.

B.    SARAN
Segala bentukan adalah tidak kekal adanya, apa yang nampak saat ini hanyalah sementara, untuk itu penulis menghimbau agar pembaca menyadari akan ketidakkekalan tersebut. Sebab segala sesuatunya mengalami perubahan, untuk itu rawatlah dengan baik apa yang dimiliki saat ini sesuai dengan sabda Sang Buddha. Dengan melaksanakan ajaran Sang Buddha niscaya akan memperoleh berkah seperti dalam Nidhikanda Sutta . “Wajah yang cantik, suara yang merdu, kegantengan, dan kebijaksanaan, kekuasaan, serta mempunyai banyak pengikut, semua ini dapat diperoleh sebagai pahala perbuatan baik.” 
  

No comments:

Post a Comment