PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Di
era modern ini, banyak teknologi berkembang dan tidak menutup kemungkinan
manusia yang berada di era ini pun akan mengikuti perkembangan zaman serta gaya
hidup yang serba instan. Dalam menunjang
profesinya, seseorang yang merasa dirinya kurang sempurna akan memanfaatkan
teknologi yang berkembang saat ini yaitu bedah plastik. Dengan bedah plastik
seseorang dapat mengubah bentuk tubuhnya sesuai dengan yang diinginkan, seperti
contoh artis pop dunia Michael Jakson yang merubah bentuk wajahnya berkali-kali
sesuai dengan yang diinginkannya. Melihat betapa pentingnya pembahasan bedah
plastik dengan dikaitkan pada ajaran Buddha, maka penulis menyusun makalah ini.
1.2.
Tujuan
dan Manfaat
1. Sebagai
tugas mata kuliah Seminar Agama Buddha
2. Sebagai
wawasan pembaca terhadap operasi bedah plastik dalam agama Buddha
3. Untuk
menumbuhkembangkan keyakinan umat Buddha terhadap ajaran Sang Buddha sebagai
landasan hidup umat Buddha.
1.3.
Metode
Penyusunan
Makalah ini disusun berdasarkan
Deskritif Kualitatif Pustaka, yang mengkaji berbagai sumber dari pendapat,
kitab suci, sutta, dan sebagainya. Kemudian data tersebut dikumpulkan dan
disusun menjadi makalah.
PEMBAHASAN
2.1 Bedah Plastik Dalam Pandangan Umum
Bedah Plastik secara umum merupakan suatu ilmu Bedah yang mengerjakan operasi Rekonstruksi dan
Estetik. Secara etimologi ”Plastik” berasal
dari bahasa Yunani yaitu plasticos yang
berarti dapat diubah atau dibentuk bukan dengan menggunakan bahan dari plastik,
melainkan dengan menggunakan bahan dari tubuh sendiri (lemak, tulang rawan,
kulit,dan lain-lain) atau bahan artificial (implant) seperti
silikon padat untuk memancungkan hidung atau silikon gel untuk membesarkan
payudara.
2.2 Bedah Plastik Dalam Pandangan
Buddhis
Bedah plastik menurut Buddhis, dianggap tidak
tidak melanggar sila apabila memiliki tujuan yang positif dan bukan untuk
penipuan. Contohnya: penjahat kabur kemudian mengubah wajahnya dengan tujuan
orang tidak mengenal lagi sehingga ia lolos dari kejahatannya. Dalam agama
Buddha, wanita yang mengubah kelamin menjadi pria tidak diperkenankan untuk
menjadi bhikkhu. Selain itu pandangan agama Buddha setuju apabila bedah plastik
untuk pengobatan, misalnya: bibir sumbing, luka bakar, atau penyakit kulit yang
akibat dari kecelakaan maupun bawaan sejak lahir melainkan bukan agar kelihatan
awet muda terus. Buddhis tidak melarang bedah plastik, tetapi apabila kita
melakukan bedah plastik dengan tujuan mempercantik diri berarti itu kurang
sesuai dengan ajaran Buddha, karena hal tersebut telah muncul Lobha
(keserakahan/ melekat pada objek). Jika bedah plastik itu berjalan dengan
lancar dan hasilnya bagus, kita akan semakin melekat padanya. Tetapi apabila
bedah plastik itu tidak berjalan dengan lancar atau hasilnya menjadi buruk dari
yang sebelumnya, maka akan menimbulkan Dosa (kebencian/menolak objek). Apabila
hal tersebut sudah terjadi maka akan timbul Moha (kebodohan batin) yang selalu
mengikutinya. Dalam Brahmaviharapharana, Buddha mengajarkan kita bahwa “Semua
makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan
mereka sendiri, lahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan
perbuatan mereka sendiri, tergantung pada perbuatan mereka sendiri. Perbuatan
apa pun yang mereka lakukan, baik atau buruk; perbuatan itulah yang akan mereka
warisi” (Parita Suci, Yayasan Sangha Theravada Indonesia: 40). Dengan demikian
kita tahu bahwa dalam ajaran agama Buddha, baik atau buruknya kondisi pada
kehidupan ini merupakan akibat dari kamma masa lampau (baik atau buruk). Tetapi
untuk memperbaiki kamma yang kurang baik, misalnya: memiliki wajah yang kurang
cantik,tidak tampan, kulit hitam, dan sebagainya; bukan dengan cara bedah plastik
walaupun sebenarnya memiliki kesehatan jasmani dan rohani, melainkan
memperbaiki perbuatan kita agar sesuai ajaran yang benar. Seperti yang tertulis
dalam Dhammapada ayat 262 yang tertulis “Bukan karena wajahnya yang tampan yang
menandakan seseorang dapat menyebut dirinya orang baik apabila ia masih
bersifat iri, kikir dan suka menipu”. Jadi yang diutamakan dalam agama Buddha
adalah jiwa yang baik.
Adapun alasan seseorang melakukan operasi plastik
yaitu agar tampak lebih muda, contohnya Stanley Yacobs, seorang
aktor gaek Amerika, yang kembali mendapat “order” segera setelah ia melakukan
operasi facelift. Ia mengatakan bahwa penampilan merupakan hal
yang penting baginya.
2.3 Perbedaan Bedah Plastik Zaman Dahulu Dengan Saat Ini
1.
Operasi plastik zaman dahulu dapat
dianalogikan seperti merapikan seprei dengan menyembunyikan bagian kusutnya di
bawah kasur, artinya operasi dilakukan dengan meremajakan lapisan lemak di
permukaan kulit wajah tanpa menyentuh lapisan otot dan jaringan ikat di antara
kulit dan tulang wajah.
2.
Perbedaannya dengan bedah plastik zaman
sekarang ini dapat meremajakan kedua lapisan tersebut. Di samping itu, ada
kelebihan lain yaitu mampu menyembunyikan bekas jahitan di garis rambut,
belakang lipatan hidung, dan bawah dagu.
2.4 Jenis – Jenis Bedah Plastik
Jenis bedah plastik secara umum dibagi dua jenis yaitu rekonstruksi dan
kosmetik ( Estetik ), yang membedakan operasi Rekonstruksi dan Estetik adalah
dari tujuan prosedur pembedahan itu sendiri.
1. Pada operasi rekonstruksi diusahakan mengembalikan bentuk/penampilan serta
fungsi menjadi lebih baik atau lebih manusiawi setidaknya mendekati kondisi
normal.
2. Pada operasi estetik, pembedahan dilakukan pada pasien-pasien normal
(sehat), namun menurut norma bentuk tubuh kurang harmonik (misalnya, hidung
pesek), maka diharapkan melalui operasi bedah plastik estetik didapatkan bentuk
tubuh yang mendekati sempurna.
2.4.1
Operasi
Rekonstruksi
1. Rekonstruksi kelainan bawaan seperti sumbing bibir dan langitan, hipospadi
(alat kelamin pria melengkung), hemangioma (kelainan pembuluh darah pada
kulit).
2. Cacat akibat trauma/kecelakaan seperti luka bakar, kontraktur akibat luka
bakar, pengangkatan tumor, ablati payudara.
3. Cacat karena Infeksi seperti noma, dimana penderita mengalami disfigurasi
yang memprihatinkan
4. Bedah Kraniofasial dan bedah maksilofasial, khusus menangani kelainan
bawaan bentuk kepala dan muka (patah tulang muka akibat
kecelakaan).
5. Bedah mikro (seperti traumatik amputasi jari yang memerlukan penyambungan
pembuluh darah).
2.4.2
Operasi
Estetik
1.
Prosedur bedah estetik (dengan
pembedahan) adalah tindakan pembedahan untuk mengubah bentuk dan kontur
anatomi organ tubuh tertentu agar tampak lebih harmonis dengan profil seseorang
secara keseluruhan. Bagian tubuh yang tersering dilakukan operasi adalah wajah,
payudara dan perut.
2.
Prosedur medis estetik (tanpa
pembedahan) misalnya pengelupasan kulit dengan obat (peeling),
penghalusan kulit dengan pengikisan (dermabrasion), atau injeksi
pencerahan kulit.
2.5 Dasar Hukum
UNDANG-UNDANG KESEHATAN
BAB V
UPAYA KESEHATAN
BAB V
UPAYA KESEHATAN
Pasal 37
1. Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan ole tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di sarana
kesehatan tertentu.
2. Bedah plastik dan rekonstnuksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik dan rekonstruksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bedah plastik merupakan suatu cabang
ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian
tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Ilmu ini sendiri merupakan cabang
dari ilmu bedah yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk dan fungsi yang
normal dan “menyempurnakan” bentuk dengan proporsi yang “lebih baik”. Bedah
plastik tidak dilarang dalam pandangan Buddhis, sepanjang hal itu mempunyai
tujuan yang baik, untuk pengobatan dan bukan untuk penipuan. Karena pada
hakekatnya apa yang kita miliki harus disyukuri. Ketampanan, kencantikan
bukanlah hal utama melainkan memiliki kesehatan dan jiwa yang baik itulah hal
yang utama.
B. SARAN
Segala bentukan adalah tidak kekal
adanya, apa yang nampak saat ini hanyalah sementara, untuk itu penulis
menghimbau agar pembaca menyadari akan ketidakkekalan tersebut. Sebab segala
sesuatunya mengalami perubahan, untuk itu rawatlah dengan baik apa yang
dimiliki saat ini sesuai dengan sabda Sang Buddha. Dengan melaksanakan ajaran
Sang Buddha niscaya akan memperoleh berkah seperti dalam Nidhikanda Sutta . “Wajah yang cantik, suara
yang merdu, kegantengan, dan kebijaksanaan, kekuasaan, serta mempunyai banyak
pengikut, semua ini dapat diperoleh sebagai pahala perbuatan baik.”

No comments:
Post a Comment